Veera memasuki ruang ganti untuk berdandan, saat itu teman teman Veera sudah menunggu disana, teman sekamar Veera memberikan gaun Veera dan barang penting lainnya “Veera, aku sangat bersemangat sekali untuk bertemu dengan kakak kamu” ujar salah satu teman Veera “Bukankah kamu akan mempertemukan kakakmu dengan Karan ?” tanya teman Veera yang lain “Aku ingin Karan dan kakakku menjadi teman yang baik” ujar Veera, teman teman Veera semua menggodanya sambil berdandan didepan kaca rias “Heiii ,,, kalian semua jangan berani beraninya main mata sama kakakku ya ! Karena aku pasti akan membunuh kalian” teman teman Veera hanya tertawa geli mendengar ucapan Veera
Sementara itu Ranvi sedang menunggu dalam barisan di dalam kamar mandi, saat itu semua anak anak yang akan diwisuda hari itu pada berbaris di dalam kamar mandi menunggu giliran mereka, saat giliran Ranvi memasuki kamar mandi ternyata diserobot oleh Karan yang langsung masuk ke dalam kamar mandi, Ranvi terjatuh dan hanya bisa geleng geleng kepala, tak lama kemudian ketika Ranvi bertemu Veera lagi, Veera melihat luka Ranvi, Veera merasa khawatir dan langsung mengajaknya ke ruang medis agar luka Ranvi diobati disana, Veera memberikan pengobatan untuk Ranvi “Ayoo cepatlah, Veera ,,, nanti kita akan terlambat, aku tidak apa apa” ujar Ranvi cemas.
Di aula pertemuan tempat berlangsungnya wisuda, pembawa acara menyebutkan nama nama murid yang lulus dengan nilai terbaik berikut prestasinya, tiba tiba Veera menyuruh Karan “Karan, coba kamu cek kakakku, apakah dia sudah siap atau belum ?” namun saat itu pembawa acara menyebut nama Veera sebagai murid yang memiliki inovasi terbaik di sekolah mereka, semua orang yang hadir di aula itu bertepuk tangan untuk Veera, Veera pun turun ke bawah dan naik keatas panggung sambil mencari cari kakaknya, Ranvi yang belum kelihatan batang hidungnya, tepat pada saat itu Ranvi masuk ke dalam aula tersebut dengan mengenakan sweater yang dibeli Veera kemarin yang ada tulisan Ranvi dipunggungnya,
Veera sangat senang ketika melihat Ranvi sudah datang dan ketika kepala sekolah hendak memberikan piala itu untuk Veera, Veera menolaknya “Maaf, pak ,,, aku tidak bisa menerima piala ini dari anda, anda datang kesini hanya untuk memberikan piala ini bukan tapi aku ingin menerima piala ini dari ibuku” ujar Veera, kemudian Veera menoleh ke arah Ranvi yang saat itu masih berdiri sambil menatapnya dengan bangga “Kakak, kemarilah dan berikan piala ini untukku, jika kamu tidak turun kesini maka aku tidak akan menerima piala ini” akhirnya Ranvi menuruti permintaan Veera dengan turun ke bawah menuju ke panggung, begitu diatas panggung, Karan dan Arjun kaget karena ternyata laki laki yang terobosnya di kamar mandi tadi adalah kakak Veera, Karan berusaha menyembunyikan dirinya
Veera memberikan pidatonya “Aku tahu kalau kalian semua akan tertawa geli tapi bagaimanapun juga kakakku ini adalah ibu yang sangat berharga untukku” kepala sekolah sangat menghargai ucapan Veera dan menyambut Ranvi untuk datang ke atas panggung lalu meminta Ranvi untuk memberikan sepatah dua patah kata untuk adiknya ini, dengan malu malu Ranvi berkata “Veera adalah berlian kami dan dia sangat cerdas, aku tahu kalau Veera telah belajar sangat giat dan dia satu satunya yang bisa lulus dengan nilai terbaik dalam ujiannya, Veera sangat berharga untuk desa kami, desa Pritampura” kemudian Ranvi menerima piala itu dari kepala sekolah dan memberikannya pada Veera, Veera sangat senang menerimanya, semua orang bertepuk tangan untuk Ranvi dan Veera
Setelah acara wisuda sudah selesai, Veera mengenalkan Ranvi pada teman temannya, Ranvi sangat malu karena dikelilingi oleh cewek cewek cantik disekitarnya, kemudian salah seorang penjaga sekolah menghampiri Ranvi dan memberikan dombanya, lalu teman teman Veera satu persatu minta foto bareng Ranvi, kesempatan ini dimanfaatkan Veera untuk mencegat Karan yang kebetulan lewat tempat mereka, Veera ingin Karan kenalan dengan Ranvi namun Karan menolaknya karena Karan teringat pada insiden kamar mandi tadi pagi, Veera merasa heran.
Teman teman Veera sedang sibuk memotret diri mereka satu per satu bersama Ranvi, Veera langsung mengambil kesempatan ini dengan menemui Karan, Veera ingin mengenalkan Karan pada Ranvi namun Karan menolak bertemu dengan Ranvi dan memberitahukan pada Veera tentang insiden yang terjadi diantara mereka berdua di kamar mandi, Veera sangat marah begitu mengetahui kalau Karanlah yang menyebabkan Ranvi terluka, Karan meminta maaf pada Veera atas apa yang telah dia perbuat pada Ranvi “Veera, aku minta maaf, aku melakukannya dengan tidak sengaja” Veera benar benar sedih “Aku akan menemui kamu sebelum aku pulang ke kampungku” saat itu Ranvi melihat Veera bersama Karan dari kejauhan, Ranvi kemudian mencari kemana mana, tiba tiba Veera muncul disebelahnya dan mereka pun berfoto bersama
Di desa Pritampura, di rumah Ratan, Ratan sedang membeli anting anting emas untuk Veera sebagai gantinya Ratan membayarnya dengan gelang emasnya, bibi Chaiji yang melihatnya, memuji pilihan Ratan, ketika Ratan meninggalkan tempat itu, bibi Chaiji berterima kasih pada Tuhan “Ya Tuhan, terima kasih untuk hubungan yang telah kamu bangun diantara Ratan dan Veera, aku sangat berharap ikatan ini akan menjadi semakin kuat dan kuat dengan berlalunya waktu” doa bibi Chaiji Ranvi dan Veera sudah bersiap meninggalkan asrama sekolah, Veera merasa heran bagaimana caranya dirinya bisa bertemu dengan Karan “Kakak, sebentar aku mau ketemu dengan profesorku dulu ya” Veera bergegas meninggalkan Ranvi dan menemui Karan sambil meminta maaf pada Tuhan kalau dirinya telah berbohong pada kakaknya,
Saat itu Karan sedang mengemasi barang barangnya dan Veera menghampirinya untuk mengucapkan selamat tinggal, mereka berdua kembali bertengkar kemudian mengucapkan selamat tinggal satu sama lain, Karan memberikan sebuah software pelacak ponsel sebagai hadiahnya, kemudian mereka berpelukan erat, lalu Veera pergi meninggalkan Karan namun langkah kakinya terasa berat, Veera merasa heran dn bertanya tanya mengapa dirinya merasa sedih untuk mengucapkan selamat tinggal ke Karan, sesaat Veera berhenti sambil menengok ke belakang dan melihat ke arah Karan namun kemudian Veera bergegas meninggalkan Karan
Di desa Pritampura, Ratan sedang berada didaerah sekolah pertanian yang akan dia bangun, Ratan bergumam pada dirinya sendiri “Aku akan mencoba untuk menerima Veera untuk kebahagiaan Ranvi” saat itu Ranvi dan Veera sudah berada di dalam bis yang menuju ke desa Pritampura, Veera merasa kedinginan, Ranvi meminta Veera untuk membungkus tubuhnya dengan syal yang Veera beli untuk Ratan, Veera bertanya tanya apakah ibunya akan menyukai syal ini atau tidak yaitu sebuah syal berwarna hitam dengan bunga bunga kecil di atasnya (syal yang mirip dikenakan oleh Amrita ketika pertama kali datang ke rumah Ratan sambil menggendong Veera yang masih bayi)
Malam itu Ranvi dan Veera akhirnya sampai juga di rumah mereka di desa Pritampura, ketika Veera datang tiba tiba disambut dengan suara mercon yang bertubi tubi, kemudian seluruh warga desa datang bersama sama dan menyambut kedatangan Veera, mereka memberikan selamat pada Veera, kemudian Ranvi mengajak Veera masuk ke dalam rumah, saat itu Ratan dan bibi Chaiji sudah siap menyambut Veera, ketika Veera masuk, Ratan melihat Veera mengenakan syal berwarna hitam disekitar kepalanya, bibi Chaiji sangat senang melihat keponakan kesayangannya kembali ke desa Pritampura namun tidak bagi Ratan,
Ratan sangat terkejut dan teringat pada Amrita ketika pertama kali dia datang sambil menggendong Veera yang masih bayi, saat itu Amrita mengenakan syal hitam yang sama yang dikenakan oleh Veera saat ini, tanpa Ratan sadari nampan aarti yang dibawanya tiba tiba terlepas dari tangannya dan jatuh ke lantai, lalu Ratan segera berlari meninggalkan mereka semua menuju ke kamarnya, semua orang terkejut melihatnya, Veera merasa terluka sambil menyeka airmatanya secara diam diam begitu melihat sikap Ratan padanya, Ranvi mencoba menghibur Veera, sedangkan bibi Chaiji meminta maaf atas nama Ratan dengan beralasan kalau Ratan sedang tidak enak badan lalu bibi Chaiji meminta semua orang yang hadir disana untuk pulang kerumah mereka masing masing, bibi Chaiji kemudian memeluk Veera dan terharu, Veera mencoba mencari Ratan namun Ranvi mengajaknya ke kamar Veera dan menunjukkan pada adiknya ini bagaimana dirinya mendekorasi kamar Veera
Sementara itu bibi Chaiji menemui Ratan dikamarnya yang gelap, saat itu Ratan sedang duduk diatas tempat tidurnya sambil menangis, bibi Chaiji mencoba menegurnya karena Ratan telah bersikap semaunya sendiri seperti tadi “Apa yang telah Veera perbuat padamu yang sangat menyakitimu ? Kamu seharusnya merubah perilakumu ini, Ratan ,,, dia itu hanya seorang gadis yang tidak berdosa” Ratan menangis sesenggukkan “Kakak, hari ini dengan syal hitam yang dikenakannya, aku tidak melihat Veera tapi aku melihat ibunya Veera yang sedang berdiri disana dengan cara yang sama ketika Amrita berdiri di depan pintu itu 21 tahun yang lalu, kakak” bibi Chaiji tertegun “Aku tidak tahu, kakak ,,, bagaimana caranya aku bisa menghadapi Veera setiap hari di rumah yang sama” ujar Ratan cemas.
Di rumah Ratan, Ranvi menunjukkan kamar Veera “Veera, apakah kamu suka dengan kamarmu ini ?” Veera melihat lihat kamarnya dan berkata “Yaaa, bagus ! Persis seperti yang aku inginkan, aku merindukan semuanya, kakak ,,, aku sangat rindu sama kakak” ujar Veera sambil tersenyum manis “Aku selalu ingin melihat kamu tersenyum seperti ini, aku berharap Tuhan akan memberikan aku lem yang kuat yang bisa aku rekatkan ditubuhmu” ujar Ranvi, Ranvi dan Veera saling tersenyum satu sama lain “Veera, bagaimana kalau kita pergi keluar, jangan lupa pakai jaketmu karena diluar dingin sekali” kemudian Ranvi dan Veera pergi keluar rumah, rupanya Ranvi memamerkan motornya yang baru “Kamu tahu, Veera ,,, aku membeli motor ini hanya untuk kamu, jadi aku bisa menunjukkan padamu seluruh desa ini” ujar Ranvi sambil memberikan helm pada Veera “Kakak, aku ini bukan bayi lagi” rupanya Veera tidak mau mengenakan helm itu “Veera, bagiku kamu itu masih adik kecilku, ayo ,,, duduklah yang benar karena kamu belum pernah duduk di atas motor sebelumnya bukan ?”
Veera tersenyum begitu mendengar ucapan kakaknya “Kakak, aku ingin belajar mengendarai motor” pinta Veera dengan nada manja “Veera, kamu ini nanti jatuh” ujar Ranvi “Aku mohon, tolonglah, kakak ,,, yaa pleaseee, boleh ya, kak ?” pinta Veera manja “Baiklah, aku akan memegangnya dari belakang” kemudian Veera bertanya pada Ranvi tentang motornya itu dan Ranvi menceritakan semuanya tentang motornya “Kakak, pasti sangat menyukai mengendarai motor ini ya ?” ujar Veera sambil mulai mengendarai motor Ranvi “Iyaa, itu betul !” ujar Ranvi senang, kemudian Veera melajukan motor Ranvi dengan cepat, Ranvi berlari dibelakangnya sambil berteriak “Veeraaa !! Injak remnya !” Veera masih terus mengendarai motor Ranvi dengan berjalan berkelok kelok “Kakak, aku tidak tahu yang mana remnya” ujar Veera sambil pura pura ketakutan karena sebenarnya Veera bisa mengendarai motor itu, sementara Ranvi merasa sangat khawatir pada adiknya, kemudian Veera berhenti dan berkata ke Ranvi “Kakak, jangan mengkhawatirkan aku, karena aku sudah pernah mengendarai motor seperti ini sebelumnya, aku tahu bagaimana caranya mengendarai sebuah sepeda motor ! Veeramu sudah besar sekarang jadi tidak usah khawatir tentang aku” ujar Veera sambil melajukan motor Ranvi lagi, Ranvi berlari mengejar Veera dibelakangnya dengan perasaan yang sangat cemas
Ketika Veera sedang asyik mengendarai motor Ranvi, tiba tiba ditengah jalan seseorang meletakkan mercon yang mulai menyala dengan suaranya yang bertubi tubi membuat Veera kaget dan panik hingga Veera hilang keseimbangan dan jatuh bersama motornya, untungnya Veera mengenakan helm dan tak lama kemudian muncullah Baldev dengan dua temannya yang menyeringai puas melihat Veera yang terjatuh di jalan dengan motornya, saat itu Veera jatuh di lumpur, Veera melihat Baldev yang sedang tertawa tawa senang bersama teman temannya “Anak kepala desa terbaik, kamu telah melakukan sebuah pekerjaan yang hebat !” ujar salah satu teman Baldev “Dia itu telah terbang sangat tinggi dan akhirnya jatuh juga ditanah” mereka bertiga tertawa terbahak bahak “Baldev ! Kamu memang dari dulu tidak pernah berubah !” ujar Veera geram sambil mengangkat motornya “Kenapa aku harus berubah ? Aku tidak ingin menjadi seorang pendeta, aku ini seekor singa” ujar Baldev sombong “Dan kamu, Veera ,,, kamu telah berada di kota cukup lama, kamu pasti lupa kan dengan desa ini ? Makanya aku pikir aku akan mengingatkan kamu bagaimana rasanya lumpur desa Pritampura, itulah mengapa semua ini terjadi” mereka bertiga kembali tertawa terbahak bahak
“Baiklah, aku akan pergi !” ujar Veera kesal “Heiii apa yang terjadi pada harimau betina Pritampura ? Dia pergi ke kota dan menjadi seorang gadis kota ? Veera, kamu menyembunyikan wajahmu dan berlari dari sana ?” Baldev dan teman temannya terus menerus mengejek Veera, Veera segera mengendarai motornya dan berbalik dengan berputar sehingga motornya melemparkan lumpur itu kearah Baldev dan teman temannya dan berkata “Sekarang aku rasa kamu harus pergi dan sembunyikan wajahmu itu, Baldev ! Bukan aku ! Lalu bagaimana rasanya lumpur desa Pritampura, tuan tuan ?” ujar Veera sambil ngeloyor pergi meninggalkan Baldev dan teman temannya yang merasa kesal dengan perlakuan Veera “Awas kamu Veera ! Aku tidak akan melepaskan kamu ! Kamu telah membuat masalah denganku lagi rupanya !” ujar Baldev geram
Ranvi sedang mencari cari Veera kemana mana “Kemana Veera itu ? Aku harap dia tidak jatuh di jalan” tepat pada saat itu Veera datang menghampiri Ranvi “Veera, kamu dari mana saja ? Ini bukan waktunya untuk bercanda” ujar Ranvi cemas “Apa yang terjadi pada pakaianmu ? Kenapa terdapat banyak lumpur ?” Veera langsung mengarang sebuah cerita “Aku tadi terpeleset di tengah jalan, kakak” Ranvi sangat mengkhawatirkan keadaan adiknya ini “Veera, kamu tidak terluka kan ?” tanya Ranvi cemas “Tidak, kak ,,, aku tidak apa apa” ujar Veera santai “Kamu tadi tidak usah menggunakan motor ini dan pergi karena kamu tidak tahu jalan jalan di desa ini karena jalanannya tidak sama seperti desa kita yang dulu” ujar Ranvi cemas
“Heei dari mana kamu belajar mengendarai motor ?” Veera tersenyum manis “Aku ini seorang pengendara yang baik, kak ! Siapapun yang berusaha untuk melawan aku, aku sudah tahu bagaimana caranya untuk memberikan pelajaran pada mereka” ujar Veera sambil tertawa geli “Aku tahu bagaimana kamu tapi aku tetap saja khawatir pada kamu, Veera” Veera kemudian mencoba mengajak Ranvi bercanda dan mereka berdua tertawa bersama sama, Ranvi langsung menjewer telinga Veera “Kapan kamu akan menjadi dewasa, Veera ?” Veera manyun dan berkata “Kakak, aku ini sudah dewasa, aku akan mengendarai motor itu dan kakak bisa duduk di belakangku” Ranvi langsung menggelengkan kepalanya dengan bahasa tubuhnya yang mengatakan tidak, akhirnya Ranvi yang mengendarai motor itu dan mereka pun pergi dari sana
Keesokan harinya, bibi Chaiji sangat terkejut ketika melihat Ranvi sedang membuat teh dan Ratan sedang memberi makan domba “Mengapa terjadi kebalikan peran diantara kalian, hari ini kedua ibu dan anak ini mengubah tugas mereka rupanya” ujar bibi Chaiji heran “Ranvi, kenapa kamu membuat teh ?” tanya bibi Chaiji heran “Aku membuat teh untuk Veera, bibi”Ratan tidak suka mendengar hal ini “Ranvi, apakah Veera masih belum bangun juga ? Apa apaan ini ? Kenapa kamu tidak membangunkannya ? Ketika dulu dia masih berada di kota Dehli, kamu selalu membangunkannya pada pukul 7 pagi sekarang ketika dia sudah berada dirumah, kamu malah tidak membangunkannya” Ranvi hanya tersenyum dan berkata “Bibi, selama ini Veera telah belajar maka sekarang ketika dia liburan, aku tidak akan membangunkannya” jelas Ranvi “Aku tau kamu juga tidak ingin membangunkan aku untuk membuat teh karena aku sedang tidak enak badan tapi kamu kan bisa meminta bantuan ibumu untuk membuatkan teh” Ranvi terlihat tidak suka mendengar ucapan bibi gendutnya
“Ibu tidak akan mungkin membuatkannya, bibi ,,, apapun yang terjadi kemarin seharusnya tidak terjadi, ibu seharusnya bersikap sebagai ibunya Veera, Veeraku baru saja pulang ke rumah setelah bertahun tahun dia pergi dan ini bukan salahnya Veera” ujar Ranvi kemudian berlalu dari sana meskipun bibinya memanggil dengan sebutan keponakan kesayangan tapi Ranvi tidak menggubrisnya, bibi Chaiji kemudian mengajak Ratan ngobrol “Ratan, apapun yang terjadi, Chote Chaan (keponakan kesayangan) masih belum mengerti tentang hubungan ini, mereka berdua baik Ranvi maupun Veera pasti akan memiliki sebuah pertanyaan, mereka tidak akan mengerti bagaimana kita akan membuat mereka mengerti tentang hubungan kita dengan ibunya Veera, kamu seharusnya bisa mengerti akan hal ini, Ratan” Ratan nampak tidak suka ketika kakak iparnya menyebut tentang ibunya Veera
Pada saat yang bersamaan Ranvi memasuki kamar Veera dengan secangkir teh ditangannya, Ranvi tersenyum melihat Veera yang saat itu masih tertidur pulas, tak lama kemudian ponsel Veera berdering, Veera segera menjawab ponselnya sambil masih menutup matanya “Yaa Karan” Rnvi kaget mendengarnya karena yng menelfon Veera itu temannya yang bernama Piya bukan Karan, kemudian Veera juga menyadari keberadaan Ranvi di kamarnya “Piya, aku akan ngobrol denganmu nanti” ujar Veera kemudian memutuskan telfonnya “Veera, siapa itu Karan ?” Veera segera bangun dari tempat tidurnya dan berkata “Karan Preet adalah salah satu sahabat terbaikku di sekolah, kakak” bela Veera “Lalu kenapa kamu tidak mengenalkan dia padaku ?” tanya Ranvi heran, Veera kemudian menjelaskan kenapa dirinya tidak mengenalkan Karan ke Ranvi “Karan itu sering melakukan hal yang aneh, kadang dia tenggelam dalam dunianya sendiri” ujar Veera dengan bahasa yang tidak dimengerti oleh Ranvi
“Ini bukan tentang dia ! Tapi tentang kamu ! Ada apa dengan bahasa Hindimu ?” Veera baru menyadari “Maafkan aku, kakak ,,, aku benar benar marah tadi, makanya aku mengucapkan kata yang salah, aku tidak ingin terjebak diantara Sonia dan Karan, itulah mengapa aku tidak ingin mengenalkan dia padamu” Ranvi mulai mengerti maksud Veera, kemudian Ranvi memberikan teh itu pada Veera “Minumlah tehnya dulu cepat, keburu tehnya dingin” pinta Ranvi “Di sekolah kami biasanya minum kopi karena kami tidak pernah minum teh apapun jadi sekarang aku tidak ingin minum teh, kakak” ujar Veera
“Seharusnya kamu mengatakan padaku sebelumnya karena disana tidak ada kopi sekarang” ujar Ranvi “Baiklah aku akan pergi belanja kalau begitu, aku akan membelinya” namun Ranvi menolak “Tidak ! Aku yang akan membelikannya untuk kamu jadi kamu tidak perlu melakukan itu” ujar Ranvi sambil pergi dengan cangkir teh tersebut, ketika Ranvi sudah pergi, Veera memohon ampun pada Tuhan karena telah berbohong pada Ranvi “Kenapa Karan belum menelfon aku juga ? Kenapa dia menunjukkan sikap yang masa bodoh seperti ini ? Baiklah, aku juga tidak akan menelfonnya !” ujar Veera kesal
Bibi Chaiji memuji teh Ranvi, Ratan sedang membersihkan rumah, Ratan memperhatikan sepatu Veera yang ukurannya sudah besar sekarang “Ratan, kamu pasti sedang berfikir bagaimana Chichiriku (keponakan kesayangan) telah bertumbuh dengan sangat cepat, sekarang ukuran sepatu Veera dan ukuran sepatumu sama” ujar bibi Chaiji yang saat itu menghampiri Ratan “Anak anak telah tumbuh dewasa dengan sangat cepat, Ratan ,,, ada pepatah yang mengatakan ketika anak dan ayah sudah memiliki ukuran sepatu yang sama mereka seharusnya berteman” Ratan hanya diam saja mendengarkan ucapan bibi Chaiji “Ratan, kamu dan Veera seharusnya berteman, itu lebih baik” pinta bibi Chaiji.
Pagi itu Veera sedang melakukan yoga di balkon dilantai atas, tepat pada saat itu beberapa pemuda yang sedang berada di balkon rumah tetangga menatap kearah Veera dengan tatapan yang menggairahkan begitu melihat tubuh Veera yang montok, Ratan yang kebetulan saat itu sedang menjemur pakaian diatas balkon melihat gelagat tidak baik pada para pemuda tersebut, Ratan segera mengusir mereka, para pemuda itupun ketakutan dan langsung lari dari balkon rumah mereka, Ratan kemudian berbalik ke arah Veera “Veera, ini sebuah desa bukan kota ! Apakah kamu tidak malu ? Kamu ini sudah besar sekarang” bentak Ratan, Ranvi yang rupanya mendengar ada ribut ribut diatas, segera menghampiri mereka “Ada apa ini ?” tanya Ranvi cemas, sementara itu Veera bukannya merasa bersalah atau sedih, Veera malah mencium pipi Ratan dengan penuh sayang, hal ini tentu saja mengejutkan Ratan,
Ranvi hanya tersenyum melihatnya, Veera juga tersenyum manis dan berkata “Ibu, tegurlah aku terus” Ratan merasa heran “Sudah, masuk ke kamarmu sana” Veera menuruti permintaan ibunya “Ibu, maafkan Veera, maafkan atas kesalahpahaman ini, aku tahu kalau sebenarnya ibu sangat peduli dengan Veera” ujar Ranvi “Aku hanya melakukan yang benar yang harus aku lakukan, Ranvi ,,, dan aku akan melakukan hal yang sama pada siapapun” ujar Ratan kemudian berlalu dari sana, Ranvi hanya tersenyum melihat kepergian ibunya sambil berkata “Ibu, aku tahu kalau kamu sebenarnya sangat peduli pada Veera sama seperti ibu lainnya yang akan lebih memperhatikan anak gadisnya yang mulai dewasa” ujar Ranvi senang
Veera kemudian memasuki kamarnya sendiri dan melakukan yoga disana, bibi Chaiji menemuinya, Veera langsung menggoda bibi gendutnya ini “Lihat bibi ini sangat gendut, makanya berlatih yoga seperti aku” bibi Chaiji pura pura marah begitu mendengar ejekan Veera, sebagai permintaan maaf, Veera kemudian memberikan MP3 yang dia beli untuk bibi gendutnya ini, bibi Chaiji sangat senang menerimanya, bibi Chaiji kemudian melakukan seperti yang biasa dilakukan oleh Veera dengan terus menerus bertanya tentang MP3 tersebut, sementara Veera menjawabnya dengan perasaan kesal dan merasa terganggu sama seperti yang dilakukan oleh bibi Chaiji waktu Veera kecil yang terus menerus bertanya, mereka berdua kemudian tertawa terbahak bahak bersama sama dan saling berpelukan teringat masa masa indah dulu ketika Veera kecil
Tak lama kemudian teman teman Baldev mengunjungi rumah mereka untuk mengumpulkan sumbangan untuk Mata ki Chowki, saat itu Ratan sudah siap hendak memberikan sumbangan tapi Ranvi menolak, teman teman Baldev langsung mengancam Ranvi “Berani benar kamu berkata tidak pada anak kepala desa ! Dia pasti akan sangat marah sama kamu, kamu akan tahu akibatnya nanti !” ancam teman teman Baldev, bibi Chaiji segera menyuruh mereka pergi, setelah teman teman Baldev pergi, Ranvi dan Ratan pun bersiap siap hendak pergi, Veera yang saat itu berada dibalkon melihat kunci motor Ranvi ditinggal di atas meja, Veera langsung mendapatkan sebuah ide
Siang itu Veera sedang mengendarai motor Ranvi menyusuri jalanan pedesaan, ketika Veera hendak menyeberang, dia melihat ada sebuah Shaminia (panggung) di pasang ditengah jalan, Veera mencoba mencari tahu siapa orangnya yang mendirikan panggung di tengah jalan ternyata tidak lain tidak bukan musuh di masa kecilnya, Baldev “Baldev ! Kenapa kamu menghalang halangi jalan ? Panggungmu ini menghalangi jalan orang lain” ujar Veera geram sambil berdiri di depan panggung Baldev “Aku sedang melakukan tugas Tuhan dan kamu menyuruh aku berhenti ? Itu artinya kamu melakukan sebuah tindakan kesalahan, kamu harus minta maaf, Veera” ujar Baldev santai, Veera segera membalikkan meja yang berada di depan Baldev sambil berkata “Kalau kamu ingin merayakan perayaan Chowki, kamu seharusnya mendirikan panggung ini di halaman depan rumahmu !” ujar Veera kesal,
Namun orang orang yang berada disana malah mendukung Baldev dan tidak ada satupun yang mendukung Veera, hal itu tentu saja membuat Baldev menang “Veera, lebih baik kamu tidak usah ikut campur dengan urusanku karena kamu ini orang asing” Veera sangat marah begitu mendengar ucapan Baldev “Asal kamu tahu saja, aku ini adalah Veera yang sama yang sering membuat kamu harus menghadapi banyak hukuman, sekarang aku telah berada disini, beri aku kesempatan maka aku akan memberikan kamu sebuah pelajaran karena aku pikir kamu ini masih seorang anak kecil !” balas Veera, kemudian Veera menantang Baldev, Veera akan memastikan kalau panggung itu tidak akan bertahan lama disana, Veera segera berbalik menuju ke motornya tapi tiba tiba Veera dikejutkan oleh salah satu ban motornya yang hilang, rupanya salah satu teman Baldev yang mencopotnya dan memasangnya tergantung diatas panggung, Baldev dan semua teman temannya tertawa terpingkal pingkal, Veera benar benar geram dan kesal dengan kelakuan Baldev dan teman temannya,
Veera langsung mengancam Baldev “Baldev ! Kamu akan terima konsekwensinya nanti !” Baldev pun ikut ikutan marah ke Veera dan langsung menghentakkan kakinya sambil berdiri didepan Veera, Veera juga melakukan hal yang sama dengan menghentakkan kakinya dengan semangat yang sama “Aku benar benar marah sama kamu, Baldev ! Lebih baik kamu tidak usah mengajak aku bertarung !” ujar Veera kemudian berlalu dari sana, salah seorang perempuan yang berada disana bertanya “Siapa gadis itu ?” yang lainnya menjawab “Dia itu adiknya Ranvi, Veera” perempuan itu pun terkejut karena sikap Veera benar benar bersebrangan dengan pribadi Ranvi yang mereka kenal selama ini
Sementara itu Ranvi sedang mengantar Ratan ke bank untuk mengajukan pinjaman tapi sayangnya pengajuan pinjaman mereka ditolak oleh pihak bank karena ladang mereka sudah digadaikan, Ranvi meminta kepada petugas bank untuk membantu mereka tapi Ratan mengajak Ranvi untuk segera pergi dari sana, Ratan mengatakan pada Ranvi kalau mereka hanya akan tekor 25.000 rupee dari pinjaman uang dengan begitu mereka bisa menepiskan utang mereka dan mengajukan pinjaman hutang, jadi mereka tidak terburu waktu, tapi Ranvi merasa sedih karena dirinya sangat membutuhkan uang ini karena dengan begitu dia bisa membuat Veera mulai membangun pondasi sekolah mereka tepat pada hari ulang tahun ayahnya “Itu semuanya memang bagus, Ranvi ,,, tapi tidak semua hal bisa berjalan sesuai rencana yang sudah kamu susun selama ini” Ratan berharap Ranvi bisa mengerti.
Sementara itu Ranvi sedang menunggu dalam barisan di dalam kamar mandi, saat itu semua anak anak yang akan diwisuda hari itu pada berbaris di dalam kamar mandi menunggu giliran mereka, saat giliran Ranvi memasuki kamar mandi ternyata diserobot oleh Karan yang langsung masuk ke dalam kamar mandi, Ranvi terjatuh dan hanya bisa geleng geleng kepala, tak lama kemudian ketika Ranvi bertemu Veera lagi, Veera melihat luka Ranvi, Veera merasa khawatir dan langsung mengajaknya ke ruang medis agar luka Ranvi diobati disana, Veera memberikan pengobatan untuk Ranvi “Ayoo cepatlah, Veera ,,, nanti kita akan terlambat, aku tidak apa apa” ujar Ranvi cemas.
Veera sangat senang ketika melihat Ranvi sudah datang dan ketika kepala sekolah hendak memberikan piala itu untuk Veera, Veera menolaknya “Maaf, pak ,,, aku tidak bisa menerima piala ini dari anda, anda datang kesini hanya untuk memberikan piala ini bukan tapi aku ingin menerima piala ini dari ibuku” ujar Veera, kemudian Veera menoleh ke arah Ranvi yang saat itu masih berdiri sambil menatapnya dengan bangga “Kakak, kemarilah dan berikan piala ini untukku, jika kamu tidak turun kesini maka aku tidak akan menerima piala ini” akhirnya Ranvi menuruti permintaan Veera dengan turun ke bawah menuju ke panggung, begitu diatas panggung, Karan dan Arjun kaget karena ternyata laki laki yang terobosnya di kamar mandi tadi adalah kakak Veera, Karan berusaha menyembunyikan dirinya
Veera memberikan pidatonya “Aku tahu kalau kalian semua akan tertawa geli tapi bagaimanapun juga kakakku ini adalah ibu yang sangat berharga untukku” kepala sekolah sangat menghargai ucapan Veera dan menyambut Ranvi untuk datang ke atas panggung lalu meminta Ranvi untuk memberikan sepatah dua patah kata untuk adiknya ini, dengan malu malu Ranvi berkata “Veera adalah berlian kami dan dia sangat cerdas, aku tahu kalau Veera telah belajar sangat giat dan dia satu satunya yang bisa lulus dengan nilai terbaik dalam ujiannya, Veera sangat berharga untuk desa kami, desa Pritampura” kemudian Ranvi menerima piala itu dari kepala sekolah dan memberikannya pada Veera, Veera sangat senang menerimanya, semua orang bertepuk tangan untuk Ranvi dan Veera
Setelah acara wisuda sudah selesai, Veera mengenalkan Ranvi pada teman temannya, Ranvi sangat malu karena dikelilingi oleh cewek cewek cantik disekitarnya, kemudian salah seorang penjaga sekolah menghampiri Ranvi dan memberikan dombanya, lalu teman teman Veera satu persatu minta foto bareng Ranvi, kesempatan ini dimanfaatkan Veera untuk mencegat Karan yang kebetulan lewat tempat mereka, Veera ingin Karan kenalan dengan Ranvi namun Karan menolaknya karena Karan teringat pada insiden kamar mandi tadi pagi, Veera merasa heran.
Teman teman Veera sedang sibuk memotret diri mereka satu per satu bersama Ranvi, Veera langsung mengambil kesempatan ini dengan menemui Karan, Veera ingin mengenalkan Karan pada Ranvi namun Karan menolak bertemu dengan Ranvi dan memberitahukan pada Veera tentang insiden yang terjadi diantara mereka berdua di kamar mandi, Veera sangat marah begitu mengetahui kalau Karanlah yang menyebabkan Ranvi terluka, Karan meminta maaf pada Veera atas apa yang telah dia perbuat pada Ranvi “Veera, aku minta maaf, aku melakukannya dengan tidak sengaja” Veera benar benar sedih “Aku akan menemui kamu sebelum aku pulang ke kampungku” saat itu Ranvi melihat Veera bersama Karan dari kejauhan, Ranvi kemudian mencari kemana mana, tiba tiba Veera muncul disebelahnya dan mereka pun berfoto bersama
Di desa Pritampura, di rumah Ratan, Ratan sedang membeli anting anting emas untuk Veera sebagai gantinya Ratan membayarnya dengan gelang emasnya, bibi Chaiji yang melihatnya, memuji pilihan Ratan, ketika Ratan meninggalkan tempat itu, bibi Chaiji berterima kasih pada Tuhan “Ya Tuhan, terima kasih untuk hubungan yang telah kamu bangun diantara Ratan dan Veera, aku sangat berharap ikatan ini akan menjadi semakin kuat dan kuat dengan berlalunya waktu” doa bibi Chaiji Ranvi dan Veera sudah bersiap meninggalkan asrama sekolah, Veera merasa heran bagaimana caranya dirinya bisa bertemu dengan Karan “Kakak, sebentar aku mau ketemu dengan profesorku dulu ya” Veera bergegas meninggalkan Ranvi dan menemui Karan sambil meminta maaf pada Tuhan kalau dirinya telah berbohong pada kakaknya,
Saat itu Karan sedang mengemasi barang barangnya dan Veera menghampirinya untuk mengucapkan selamat tinggal, mereka berdua kembali bertengkar kemudian mengucapkan selamat tinggal satu sama lain, Karan memberikan sebuah software pelacak ponsel sebagai hadiahnya, kemudian mereka berpelukan erat, lalu Veera pergi meninggalkan Karan namun langkah kakinya terasa berat, Veera merasa heran dn bertanya tanya mengapa dirinya merasa sedih untuk mengucapkan selamat tinggal ke Karan, sesaat Veera berhenti sambil menengok ke belakang dan melihat ke arah Karan namun kemudian Veera bergegas meninggalkan Karan
Di desa Pritampura, Ratan sedang berada didaerah sekolah pertanian yang akan dia bangun, Ratan bergumam pada dirinya sendiri “Aku akan mencoba untuk menerima Veera untuk kebahagiaan Ranvi” saat itu Ranvi dan Veera sudah berada di dalam bis yang menuju ke desa Pritampura, Veera merasa kedinginan, Ranvi meminta Veera untuk membungkus tubuhnya dengan syal yang Veera beli untuk Ratan, Veera bertanya tanya apakah ibunya akan menyukai syal ini atau tidak yaitu sebuah syal berwarna hitam dengan bunga bunga kecil di atasnya (syal yang mirip dikenakan oleh Amrita ketika pertama kali datang ke rumah Ratan sambil menggendong Veera yang masih bayi)
Malam itu Ranvi dan Veera akhirnya sampai juga di rumah mereka di desa Pritampura, ketika Veera datang tiba tiba disambut dengan suara mercon yang bertubi tubi, kemudian seluruh warga desa datang bersama sama dan menyambut kedatangan Veera, mereka memberikan selamat pada Veera, kemudian Ranvi mengajak Veera masuk ke dalam rumah, saat itu Ratan dan bibi Chaiji sudah siap menyambut Veera, ketika Veera masuk, Ratan melihat Veera mengenakan syal berwarna hitam disekitar kepalanya, bibi Chaiji sangat senang melihat keponakan kesayangannya kembali ke desa Pritampura namun tidak bagi Ratan,
Ratan sangat terkejut dan teringat pada Amrita ketika pertama kali dia datang sambil menggendong Veera yang masih bayi, saat itu Amrita mengenakan syal hitam yang sama yang dikenakan oleh Veera saat ini, tanpa Ratan sadari nampan aarti yang dibawanya tiba tiba terlepas dari tangannya dan jatuh ke lantai, lalu Ratan segera berlari meninggalkan mereka semua menuju ke kamarnya, semua orang terkejut melihatnya, Veera merasa terluka sambil menyeka airmatanya secara diam diam begitu melihat sikap Ratan padanya, Ranvi mencoba menghibur Veera, sedangkan bibi Chaiji meminta maaf atas nama Ratan dengan beralasan kalau Ratan sedang tidak enak badan lalu bibi Chaiji meminta semua orang yang hadir disana untuk pulang kerumah mereka masing masing, bibi Chaiji kemudian memeluk Veera dan terharu, Veera mencoba mencari Ratan namun Ranvi mengajaknya ke kamar Veera dan menunjukkan pada adiknya ini bagaimana dirinya mendekorasi kamar Veera
Sementara itu bibi Chaiji menemui Ratan dikamarnya yang gelap, saat itu Ratan sedang duduk diatas tempat tidurnya sambil menangis, bibi Chaiji mencoba menegurnya karena Ratan telah bersikap semaunya sendiri seperti tadi “Apa yang telah Veera perbuat padamu yang sangat menyakitimu ? Kamu seharusnya merubah perilakumu ini, Ratan ,,, dia itu hanya seorang gadis yang tidak berdosa” Ratan menangis sesenggukkan “Kakak, hari ini dengan syal hitam yang dikenakannya, aku tidak melihat Veera tapi aku melihat ibunya Veera yang sedang berdiri disana dengan cara yang sama ketika Amrita berdiri di depan pintu itu 21 tahun yang lalu, kakak” bibi Chaiji tertegun “Aku tidak tahu, kakak ,,, bagaimana caranya aku bisa menghadapi Veera setiap hari di rumah yang sama” ujar Ratan cemas.
Di rumah Ratan, Ranvi menunjukkan kamar Veera “Veera, apakah kamu suka dengan kamarmu ini ?” Veera melihat lihat kamarnya dan berkata “Yaaa, bagus ! Persis seperti yang aku inginkan, aku merindukan semuanya, kakak ,,, aku sangat rindu sama kakak” ujar Veera sambil tersenyum manis “Aku selalu ingin melihat kamu tersenyum seperti ini, aku berharap Tuhan akan memberikan aku lem yang kuat yang bisa aku rekatkan ditubuhmu” ujar Ranvi, Ranvi dan Veera saling tersenyum satu sama lain “Veera, bagaimana kalau kita pergi keluar, jangan lupa pakai jaketmu karena diluar dingin sekali” kemudian Ranvi dan Veera pergi keluar rumah, rupanya Ranvi memamerkan motornya yang baru “Kamu tahu, Veera ,,, aku membeli motor ini hanya untuk kamu, jadi aku bisa menunjukkan padamu seluruh desa ini” ujar Ranvi sambil memberikan helm pada Veera “Kakak, aku ini bukan bayi lagi” rupanya Veera tidak mau mengenakan helm itu “Veera, bagiku kamu itu masih adik kecilku, ayo ,,, duduklah yang benar karena kamu belum pernah duduk di atas motor sebelumnya bukan ?”
Veera tersenyum begitu mendengar ucapan kakaknya “Kakak, aku ingin belajar mengendarai motor” pinta Veera dengan nada manja “Veera, kamu ini nanti jatuh” ujar Ranvi “Aku mohon, tolonglah, kakak ,,, yaa pleaseee, boleh ya, kak ?” pinta Veera manja “Baiklah, aku akan memegangnya dari belakang” kemudian Veera bertanya pada Ranvi tentang motornya itu dan Ranvi menceritakan semuanya tentang motornya “Kakak, pasti sangat menyukai mengendarai motor ini ya ?” ujar Veera sambil mulai mengendarai motor Ranvi “Iyaa, itu betul !” ujar Ranvi senang, kemudian Veera melajukan motor Ranvi dengan cepat, Ranvi berlari dibelakangnya sambil berteriak “Veeraaa !! Injak remnya !” Veera masih terus mengendarai motor Ranvi dengan berjalan berkelok kelok “Kakak, aku tidak tahu yang mana remnya” ujar Veera sambil pura pura ketakutan karena sebenarnya Veera bisa mengendarai motor itu, sementara Ranvi merasa sangat khawatir pada adiknya, kemudian Veera berhenti dan berkata ke Ranvi “Kakak, jangan mengkhawatirkan aku, karena aku sudah pernah mengendarai motor seperti ini sebelumnya, aku tahu bagaimana caranya mengendarai sebuah sepeda motor ! Veeramu sudah besar sekarang jadi tidak usah khawatir tentang aku” ujar Veera sambil melajukan motor Ranvi lagi, Ranvi berlari mengejar Veera dibelakangnya dengan perasaan yang sangat cemas
Ketika Veera sedang asyik mengendarai motor Ranvi, tiba tiba ditengah jalan seseorang meletakkan mercon yang mulai menyala dengan suaranya yang bertubi tubi membuat Veera kaget dan panik hingga Veera hilang keseimbangan dan jatuh bersama motornya, untungnya Veera mengenakan helm dan tak lama kemudian muncullah Baldev dengan dua temannya yang menyeringai puas melihat Veera yang terjatuh di jalan dengan motornya, saat itu Veera jatuh di lumpur, Veera melihat Baldev yang sedang tertawa tawa senang bersama teman temannya “Anak kepala desa terbaik, kamu telah melakukan sebuah pekerjaan yang hebat !” ujar salah satu teman Baldev “Dia itu telah terbang sangat tinggi dan akhirnya jatuh juga ditanah” mereka bertiga tertawa terbahak bahak “Baldev ! Kamu memang dari dulu tidak pernah berubah !” ujar Veera geram sambil mengangkat motornya “Kenapa aku harus berubah ? Aku tidak ingin menjadi seorang pendeta, aku ini seekor singa” ujar Baldev sombong “Dan kamu, Veera ,,, kamu telah berada di kota cukup lama, kamu pasti lupa kan dengan desa ini ? Makanya aku pikir aku akan mengingatkan kamu bagaimana rasanya lumpur desa Pritampura, itulah mengapa semua ini terjadi” mereka bertiga kembali tertawa terbahak bahak
“Baiklah, aku akan pergi !” ujar Veera kesal “Heiii apa yang terjadi pada harimau betina Pritampura ? Dia pergi ke kota dan menjadi seorang gadis kota ? Veera, kamu menyembunyikan wajahmu dan berlari dari sana ?” Baldev dan teman temannya terus menerus mengejek Veera, Veera segera mengendarai motornya dan berbalik dengan berputar sehingga motornya melemparkan lumpur itu kearah Baldev dan teman temannya dan berkata “Sekarang aku rasa kamu harus pergi dan sembunyikan wajahmu itu, Baldev ! Bukan aku ! Lalu bagaimana rasanya lumpur desa Pritampura, tuan tuan ?” ujar Veera sambil ngeloyor pergi meninggalkan Baldev dan teman temannya yang merasa kesal dengan perlakuan Veera “Awas kamu Veera ! Aku tidak akan melepaskan kamu ! Kamu telah membuat masalah denganku lagi rupanya !” ujar Baldev geram
Ranvi sedang mencari cari Veera kemana mana “Kemana Veera itu ? Aku harap dia tidak jatuh di jalan” tepat pada saat itu Veera datang menghampiri Ranvi “Veera, kamu dari mana saja ? Ini bukan waktunya untuk bercanda” ujar Ranvi cemas “Apa yang terjadi pada pakaianmu ? Kenapa terdapat banyak lumpur ?” Veera langsung mengarang sebuah cerita “Aku tadi terpeleset di tengah jalan, kakak” Ranvi sangat mengkhawatirkan keadaan adiknya ini “Veera, kamu tidak terluka kan ?” tanya Ranvi cemas “Tidak, kak ,,, aku tidak apa apa” ujar Veera santai “Kamu tadi tidak usah menggunakan motor ini dan pergi karena kamu tidak tahu jalan jalan di desa ini karena jalanannya tidak sama seperti desa kita yang dulu” ujar Ranvi cemas
“Heei dari mana kamu belajar mengendarai motor ?” Veera tersenyum manis “Aku ini seorang pengendara yang baik, kak ! Siapapun yang berusaha untuk melawan aku, aku sudah tahu bagaimana caranya untuk memberikan pelajaran pada mereka” ujar Veera sambil tertawa geli “Aku tahu bagaimana kamu tapi aku tetap saja khawatir pada kamu, Veera” Veera kemudian mencoba mengajak Ranvi bercanda dan mereka berdua tertawa bersama sama, Ranvi langsung menjewer telinga Veera “Kapan kamu akan menjadi dewasa, Veera ?” Veera manyun dan berkata “Kakak, aku ini sudah dewasa, aku akan mengendarai motor itu dan kakak bisa duduk di belakangku” Ranvi langsung menggelengkan kepalanya dengan bahasa tubuhnya yang mengatakan tidak, akhirnya Ranvi yang mengendarai motor itu dan mereka pun pergi dari sana
Keesokan harinya, bibi Chaiji sangat terkejut ketika melihat Ranvi sedang membuat teh dan Ratan sedang memberi makan domba “Mengapa terjadi kebalikan peran diantara kalian, hari ini kedua ibu dan anak ini mengubah tugas mereka rupanya” ujar bibi Chaiji heran “Ranvi, kenapa kamu membuat teh ?” tanya bibi Chaiji heran “Aku membuat teh untuk Veera, bibi”Ratan tidak suka mendengar hal ini “Ranvi, apakah Veera masih belum bangun juga ? Apa apaan ini ? Kenapa kamu tidak membangunkannya ? Ketika dulu dia masih berada di kota Dehli, kamu selalu membangunkannya pada pukul 7 pagi sekarang ketika dia sudah berada dirumah, kamu malah tidak membangunkannya” Ranvi hanya tersenyum dan berkata “Bibi, selama ini Veera telah belajar maka sekarang ketika dia liburan, aku tidak akan membangunkannya” jelas Ranvi “Aku tau kamu juga tidak ingin membangunkan aku untuk membuat teh karena aku sedang tidak enak badan tapi kamu kan bisa meminta bantuan ibumu untuk membuatkan teh” Ranvi terlihat tidak suka mendengar ucapan bibi gendutnya
“Ibu tidak akan mungkin membuatkannya, bibi ,,, apapun yang terjadi kemarin seharusnya tidak terjadi, ibu seharusnya bersikap sebagai ibunya Veera, Veeraku baru saja pulang ke rumah setelah bertahun tahun dia pergi dan ini bukan salahnya Veera” ujar Ranvi kemudian berlalu dari sana meskipun bibinya memanggil dengan sebutan keponakan kesayangan tapi Ranvi tidak menggubrisnya, bibi Chaiji kemudian mengajak Ratan ngobrol “Ratan, apapun yang terjadi, Chote Chaan (keponakan kesayangan) masih belum mengerti tentang hubungan ini, mereka berdua baik Ranvi maupun Veera pasti akan memiliki sebuah pertanyaan, mereka tidak akan mengerti bagaimana kita akan membuat mereka mengerti tentang hubungan kita dengan ibunya Veera, kamu seharusnya bisa mengerti akan hal ini, Ratan” Ratan nampak tidak suka ketika kakak iparnya menyebut tentang ibunya Veera
Pada saat yang bersamaan Ranvi memasuki kamar Veera dengan secangkir teh ditangannya, Ranvi tersenyum melihat Veera yang saat itu masih tertidur pulas, tak lama kemudian ponsel Veera berdering, Veera segera menjawab ponselnya sambil masih menutup matanya “Yaa Karan” Rnvi kaget mendengarnya karena yng menelfon Veera itu temannya yang bernama Piya bukan Karan, kemudian Veera juga menyadari keberadaan Ranvi di kamarnya “Piya, aku akan ngobrol denganmu nanti” ujar Veera kemudian memutuskan telfonnya “Veera, siapa itu Karan ?” Veera segera bangun dari tempat tidurnya dan berkata “Karan Preet adalah salah satu sahabat terbaikku di sekolah, kakak” bela Veera “Lalu kenapa kamu tidak mengenalkan dia padaku ?” tanya Ranvi heran, Veera kemudian menjelaskan kenapa dirinya tidak mengenalkan Karan ke Ranvi “Karan itu sering melakukan hal yang aneh, kadang dia tenggelam dalam dunianya sendiri” ujar Veera dengan bahasa yang tidak dimengerti oleh Ranvi
“Ini bukan tentang dia ! Tapi tentang kamu ! Ada apa dengan bahasa Hindimu ?” Veera baru menyadari “Maafkan aku, kakak ,,, aku benar benar marah tadi, makanya aku mengucapkan kata yang salah, aku tidak ingin terjebak diantara Sonia dan Karan, itulah mengapa aku tidak ingin mengenalkan dia padamu” Ranvi mulai mengerti maksud Veera, kemudian Ranvi memberikan teh itu pada Veera “Minumlah tehnya dulu cepat, keburu tehnya dingin” pinta Ranvi “Di sekolah kami biasanya minum kopi karena kami tidak pernah minum teh apapun jadi sekarang aku tidak ingin minum teh, kakak” ujar Veera
“Seharusnya kamu mengatakan padaku sebelumnya karena disana tidak ada kopi sekarang” ujar Ranvi “Baiklah aku akan pergi belanja kalau begitu, aku akan membelinya” namun Ranvi menolak “Tidak ! Aku yang akan membelikannya untuk kamu jadi kamu tidak perlu melakukan itu” ujar Ranvi sambil pergi dengan cangkir teh tersebut, ketika Ranvi sudah pergi, Veera memohon ampun pada Tuhan karena telah berbohong pada Ranvi “Kenapa Karan belum menelfon aku juga ? Kenapa dia menunjukkan sikap yang masa bodoh seperti ini ? Baiklah, aku juga tidak akan menelfonnya !” ujar Veera kesal
Bibi Chaiji memuji teh Ranvi, Ratan sedang membersihkan rumah, Ratan memperhatikan sepatu Veera yang ukurannya sudah besar sekarang “Ratan, kamu pasti sedang berfikir bagaimana Chichiriku (keponakan kesayangan) telah bertumbuh dengan sangat cepat, sekarang ukuran sepatu Veera dan ukuran sepatumu sama” ujar bibi Chaiji yang saat itu menghampiri Ratan “Anak anak telah tumbuh dewasa dengan sangat cepat, Ratan ,,, ada pepatah yang mengatakan ketika anak dan ayah sudah memiliki ukuran sepatu yang sama mereka seharusnya berteman” Ratan hanya diam saja mendengarkan ucapan bibi Chaiji “Ratan, kamu dan Veera seharusnya berteman, itu lebih baik” pinta bibi Chaiji.
Pagi itu Veera sedang melakukan yoga di balkon dilantai atas, tepat pada saat itu beberapa pemuda yang sedang berada di balkon rumah tetangga menatap kearah Veera dengan tatapan yang menggairahkan begitu melihat tubuh Veera yang montok, Ratan yang kebetulan saat itu sedang menjemur pakaian diatas balkon melihat gelagat tidak baik pada para pemuda tersebut, Ratan segera mengusir mereka, para pemuda itupun ketakutan dan langsung lari dari balkon rumah mereka, Ratan kemudian berbalik ke arah Veera “Veera, ini sebuah desa bukan kota ! Apakah kamu tidak malu ? Kamu ini sudah besar sekarang” bentak Ratan, Ranvi yang rupanya mendengar ada ribut ribut diatas, segera menghampiri mereka “Ada apa ini ?” tanya Ranvi cemas, sementara itu Veera bukannya merasa bersalah atau sedih, Veera malah mencium pipi Ratan dengan penuh sayang, hal ini tentu saja mengejutkan Ratan,
Ranvi hanya tersenyum melihatnya, Veera juga tersenyum manis dan berkata “Ibu, tegurlah aku terus” Ratan merasa heran “Sudah, masuk ke kamarmu sana” Veera menuruti permintaan ibunya “Ibu, maafkan Veera, maafkan atas kesalahpahaman ini, aku tahu kalau sebenarnya ibu sangat peduli dengan Veera” ujar Ranvi “Aku hanya melakukan yang benar yang harus aku lakukan, Ranvi ,,, dan aku akan melakukan hal yang sama pada siapapun” ujar Ratan kemudian berlalu dari sana, Ranvi hanya tersenyum melihat kepergian ibunya sambil berkata “Ibu, aku tahu kalau kamu sebenarnya sangat peduli pada Veera sama seperti ibu lainnya yang akan lebih memperhatikan anak gadisnya yang mulai dewasa” ujar Ranvi senang
Veera kemudian memasuki kamarnya sendiri dan melakukan yoga disana, bibi Chaiji menemuinya, Veera langsung menggoda bibi gendutnya ini “Lihat bibi ini sangat gendut, makanya berlatih yoga seperti aku” bibi Chaiji pura pura marah begitu mendengar ejekan Veera, sebagai permintaan maaf, Veera kemudian memberikan MP3 yang dia beli untuk bibi gendutnya ini, bibi Chaiji sangat senang menerimanya, bibi Chaiji kemudian melakukan seperti yang biasa dilakukan oleh Veera dengan terus menerus bertanya tentang MP3 tersebut, sementara Veera menjawabnya dengan perasaan kesal dan merasa terganggu sama seperti yang dilakukan oleh bibi Chaiji waktu Veera kecil yang terus menerus bertanya, mereka berdua kemudian tertawa terbahak bahak bersama sama dan saling berpelukan teringat masa masa indah dulu ketika Veera kecil
Tak lama kemudian teman teman Baldev mengunjungi rumah mereka untuk mengumpulkan sumbangan untuk Mata ki Chowki, saat itu Ratan sudah siap hendak memberikan sumbangan tapi Ranvi menolak, teman teman Baldev langsung mengancam Ranvi “Berani benar kamu berkata tidak pada anak kepala desa ! Dia pasti akan sangat marah sama kamu, kamu akan tahu akibatnya nanti !” ancam teman teman Baldev, bibi Chaiji segera menyuruh mereka pergi, setelah teman teman Baldev pergi, Ranvi dan Ratan pun bersiap siap hendak pergi, Veera yang saat itu berada dibalkon melihat kunci motor Ranvi ditinggal di atas meja, Veera langsung mendapatkan sebuah ide
Siang itu Veera sedang mengendarai motor Ranvi menyusuri jalanan pedesaan, ketika Veera hendak menyeberang, dia melihat ada sebuah Shaminia (panggung) di pasang ditengah jalan, Veera mencoba mencari tahu siapa orangnya yang mendirikan panggung di tengah jalan ternyata tidak lain tidak bukan musuh di masa kecilnya, Baldev “Baldev ! Kenapa kamu menghalang halangi jalan ? Panggungmu ini menghalangi jalan orang lain” ujar Veera geram sambil berdiri di depan panggung Baldev “Aku sedang melakukan tugas Tuhan dan kamu menyuruh aku berhenti ? Itu artinya kamu melakukan sebuah tindakan kesalahan, kamu harus minta maaf, Veera” ujar Baldev santai, Veera segera membalikkan meja yang berada di depan Baldev sambil berkata “Kalau kamu ingin merayakan perayaan Chowki, kamu seharusnya mendirikan panggung ini di halaman depan rumahmu !” ujar Veera kesal,
Namun orang orang yang berada disana malah mendukung Baldev dan tidak ada satupun yang mendukung Veera, hal itu tentu saja membuat Baldev menang “Veera, lebih baik kamu tidak usah ikut campur dengan urusanku karena kamu ini orang asing” Veera sangat marah begitu mendengar ucapan Baldev “Asal kamu tahu saja, aku ini adalah Veera yang sama yang sering membuat kamu harus menghadapi banyak hukuman, sekarang aku telah berada disini, beri aku kesempatan maka aku akan memberikan kamu sebuah pelajaran karena aku pikir kamu ini masih seorang anak kecil !” balas Veera, kemudian Veera menantang Baldev, Veera akan memastikan kalau panggung itu tidak akan bertahan lama disana, Veera segera berbalik menuju ke motornya tapi tiba tiba Veera dikejutkan oleh salah satu ban motornya yang hilang, rupanya salah satu teman Baldev yang mencopotnya dan memasangnya tergantung diatas panggung, Baldev dan semua teman temannya tertawa terpingkal pingkal, Veera benar benar geram dan kesal dengan kelakuan Baldev dan teman temannya,
Veera langsung mengancam Baldev “Baldev ! Kamu akan terima konsekwensinya nanti !” Baldev pun ikut ikutan marah ke Veera dan langsung menghentakkan kakinya sambil berdiri didepan Veera, Veera juga melakukan hal yang sama dengan menghentakkan kakinya dengan semangat yang sama “Aku benar benar marah sama kamu, Baldev ! Lebih baik kamu tidak usah mengajak aku bertarung !” ujar Veera kemudian berlalu dari sana, salah seorang perempuan yang berada disana bertanya “Siapa gadis itu ?” yang lainnya menjawab “Dia itu adiknya Ranvi, Veera” perempuan itu pun terkejut karena sikap Veera benar benar bersebrangan dengan pribadi Ranvi yang mereka kenal selama ini
Sementara itu Ranvi sedang mengantar Ratan ke bank untuk mengajukan pinjaman tapi sayangnya pengajuan pinjaman mereka ditolak oleh pihak bank karena ladang mereka sudah digadaikan, Ranvi meminta kepada petugas bank untuk membantu mereka tapi Ratan mengajak Ranvi untuk segera pergi dari sana, Ratan mengatakan pada Ranvi kalau mereka hanya akan tekor 25.000 rupee dari pinjaman uang dengan begitu mereka bisa menepiskan utang mereka dan mengajukan pinjaman hutang, jadi mereka tidak terburu waktu, tapi Ranvi merasa sedih karena dirinya sangat membutuhkan uang ini karena dengan begitu dia bisa membuat Veera mulai membangun pondasi sekolah mereka tepat pada hari ulang tahun ayahnya “Itu semuanya memang bagus, Ranvi ,,, tapi tidak semua hal bisa berjalan sesuai rencana yang sudah kamu susun selama ini” Ratan berharap Ranvi bisa mengerti.
Ikuti update Juragan Sinopsis setiap hari lewat Twitter di @Rujakdulit
loading...
Bocoran Veera Episode Senin, 28 Maret 2016 | ⚡ Share & like anda akan berharga untuk masa depan Juragan Synopsis, So, tunggu apa lagi? segera beritahu teman dan kerabat anda tentang Bocoran Veera Episode Senin, 28 Maret 2016