-->

Descendants Of The Sun Episode 7

Shi Jin bersyukur karena Mo Yeon tak terluka dan ia minta maaf karena balik tanpa pamit kemarin serta sekarang ia tidak bisa menemani Mo Yeon jadi ia ingin Mo Yeon bisa berhati-hati.

Bibir Mo Yeon sedari tadi bergetar menahan tangis mendengar kata-kata Shi JIn. sampai Shi Jin menyelesaikan kata-katanya, ia bisa menahannya dan bisa membalas perkataan Shi Jin, ia juga ingin Shi Jin untuk berhati-hati.

Lega mendengarsuara Mo Yeon, Shi Jin pergi mendahuluinya, kemudian  Mo Yeon berjalan ke arah berlawanan.

Sersan Choi dan Shi Jin mengintip ke dalam reruntuhan tower, mereka memasang alat penangkap suara ke dalam reruntuhan dan ada tentara satu lagi yang bertugas mendengarkannya. Sersan Choi mulai berseru

“Apa ada orang di dalam? Jika ada, ketuklah tiga kali!”

Tapi tak tanggapan. Sersan Choi merasa mungkin dirinya keliru. Shi Jin tidak setuju karena jika kebanyakan pekerja shift sore bekerja di bagian tower menggunakan tangga untuk jalan keluar, maka disana pasti titik ‘search point’.

Dae Young datang melapor kalau mereka sudah memutus gas. Shi Jin bertanya bagaimana keadaan disana.

Mr. Jin menyela, ia mengatakan pada Shi Jin kalau bangunan disana (kantornya) 100 kali lebih baik keadaanya ketimbang tower yang runtuh, bangunan disana masih agak utuh dan puing reruntuhan yang menutupi Cuma setengah dari tower. Jadi Mr. Jim meminta mereka untuk mulai pencarian di kantornya.

Descendants Of The Sun Episode 7

“Tidak bisa karena kemungkinan ada runtuhan susulan disebabkan kondisi bangunan yang tidak stabil.” Tegas Dae Young.

Mr. Jin gak percaya dan tetap memaksa toh mungkin cuma beberapa reruntuhan gak akan banyak,,” Jika itu sangat menakutimu, bagaimana bisa kau menyelamatkan korban? Menjengkelkan!”

“Setelah gempa bumi, gedung yang masih berdiri itu lebih berbahaya. meskipun kelihatannya baik-baik saja dari luar tapi dalamnya tidak stabil karena goncangan kuat dari gemapa.” Jelas Dae Young kesal,

Lalu ia mengambil potongan besi dan memukulkannya pada tower yang roboh, hanya dipukul sedikit saja batu-batu kecil pada berjatuhan. Mr. Jin menjauh ketakutan, bahkan sampai berpegangan pada lengan tentara lain.

Dae Young melanjutkan kalau dengan peralatan yang akan mereka gunakan dapat menyebabkan keadaan lebih berbahaya.

Sersan Im yang bertugas mendengarkan alat mengatakan kalau di dalam ada signal dari korban, walaupun tidak jelas tapi ia yakin. Kemudian Shi Jin memerintahkannya untuk memasukkan kamera endoscopi.

Suara itu berasal dari anak buah manager Go yang memukulkan batu ke balok besi dan semakin lama semakin lemah karena tenaganya habis, anak buah ini menggantikan manager Go memberi sinyal karena tangan manager Go sudah lecet-lecet karena terus memukulkan batu ke balok besi. Manager Go berujar kalau sebagai anak muda kekuatan anak buahnya itu sangat lemah.

Si anak buah sudah kesakitan dan ingin cepat-cepat diselamatkan, seharusnya keselamatan adalah yang utama. Manager Go membenarkan, keselamatan adalah yang utama. Padahal ia pikir mereka sudah membangun bangunan kokoh, siapa yang menyangka kalau gempa akan terjadi? Tapi bagaimanapun juga ia menyuruh nak buahnya itu untuk menunggu sebenatr lagi karena pasti penyelamat sedang mencari mereka.

AKhirnya kesabaran mereka membuahkan hasil, mereka mendengar suara orang. Manager Go bertanya siapa mereka. Mereka adalah pekerja lapangan yang lain yang terperangkap di atas managar Go, mereka menginformasikan kalau penyelamat agar segera datang dan meminta managar Go  untuk sabar menunggu.

Kamera sersan Im menangkap gambar para pekerja yang terperangkap. Mereka semua berteriak minta diselamatkan.

Di luar, Shi Jin dan yang lain berdiskusi untuk menghancurkan beton bangunan agar para pekerja bisa keluar. Mr. Jin kembali menyela, itu usulan yang tidak masuk akal karena bangaunan ini betonnya sangat kuat. Dae Young membenarkan, butuh waktu lebih dari 2 hari untuk menghancurkannya, jadi ia menyarankan untuk menggunakan cara lain.

“Apa yang kalian khawatirkan? Ada cara yang mudah. gunakan alat berat.” Kata Mr. Jin.

“Berapa kali sudah aku bilang bahwa tanah disini tidak kuat jadi akan membahayakan korban?!” benatak Dae Young.

Mr. Jin mengangkat tangan, lalu ia menunjuk gedung kantornya,,”kalian bilang tidak ada signal korban disana. jadi akan baik-baik saja kan jika menggunakan alat berat. AYolah mulai dari sana, kiita lakukan apapun yang kita bisa dengan cepat. Sudah ku bilang kalau ada dokumen penting disanan.”

“Apa kau menyuruh kami menyelamatkan kertas dan menunda menyelamatkan orang!” balas Shi Jin dengan nada tinggi.

Mr. Jin malah menggunakan jabatannya sebagai kepala manager jadi Shi Jin harus menuruti perintahnya. Shi Jin menjawab kalau kapten tim penyelamat mengambil alih area bencana dan itu adalah dirinya, lalu ia memerintahkan yang lain untuk menjauhkan Mr. Jin dari area bencana.

Tinggal lah Shi Jin dan Dae Young diskusi berdua, Shi Jin menyrankan untuk menggunaka airbags untuk mengangkat reruntuhan beton.  Tapi jika hanya satu tidaka akan mampu. Shi Jin berencana untuk menggunakan 4 airbags secara langsung. Tapi mereka hanya punya satu pompa udara tak akan mampu untuk 4 langsung. Jadi alternative lain mereka menggunakan air untuk mengisi aibagsnya.

Dan mereka bekerja dengan rencana itu. tapi mereka tak tahu sampai kapan airbags akan mampu menahan beton jadi mereka harus bergegas.

Di tenda Mo Yeon menangani pasien yang parah, ia memasang pita merah dan menyuruh Ja Ae untuk membawa pasien itu ke medicube, namun masalahnya mereka tak punya mobil karena semua mobil terpakai, telepn juga belum bisa digunakan.

Kemudian Gi Beom datang membawawalkie-talkie pemberian Daniel dan Daniel juga membawa pasien ke medicube dan Gi Beom menginformasikan kalau Mo Yeon harus menggunakan channel no 3.

Daniel menghubungi Mo Yeon. Mo Yeon berterimakasih atas walkie-talkienya. Daniel yang sekarang ada di medicube tidak bisa menggunakan ruang operasi karena dihalangi dokter lain, ia minta Mo yeon untuk memberinya ijin untuk menggunakan ruang operasi. Mo Yeon pun membentak dokter itu untuk mengijinkan Daniel menggunakan ruang operasi. Daniel mengirim Ye hwa ke lokasi bencana untuk membantu.

Shi Jin mendengarkan percakapan mereka dari headsetnya dan ia tersenyum senang.

Pengisian airbags sudah hampir selesai. Mr. Jin kesana lagi, masih mengomentari rencana tak masuk akan para tentara karena tak ada yang tahu sampai kapan airbags akan bertahan, dan siapa juga yang mau merangkak ke dalam bangunan yang didangga airbags.

“Kami.” Jawab Shi Jin mantap.

Setelah pemasangan airbags selesai, Shi Jin dan Dae Young masuk ke dalam bangunan untuk mencari korban. Akhirnya satu per satu korban berhasil keluar dengan selamat.

Mo Yeon memeriksa salah satu korban yang tampak lemas. Korban itu berkata kalau ia baik-baik saja tapi ada satu korban lagi  yang masih ada di dalam, ia mendengar kalau manager Go masih ada di dalam.

Shi Jin keluar untuk mengambil tali dan masuk lagi ke dalam. Mo Yeon melihatnya dengan khawatir.

Myeong Ju menangani pasien gawat, detak jantungnya 60/30, ia minta IVs pada Min Ji tapi mereka kehabisan. Untung Mo Yeon datang dan langsung memberikannya.

Pasien mulai tak sadarkan diri, detak jantungnya taka da dan taka da reaksi dari pupil matanya, Myeong Ju minta Min Ji untuk menyuntikkan sesuatu pada pasien dan ia akan bersiap untuk melakukan CPR, tapi Mo Yeon mendahuluinya. Tidak melakukan CPR tapi dengan memukul-mukul dada pasien secara langsung tapi hal itu lebih efektif karena detak jantung pasien cepat kembali.

Myeong Ju mengatakan diagnosisnya, pasien kemungkinan syok karena hemoperitoneum. Dan pasien butuh esegera dioperasi, ia meminta Mo Yeon agar mengirim pasien ke medicube. Mo Yeon mengatakan tidak bisa karena ruang operasi di medicube penuh.

“berapa lama dari sini ke markas pusat?” tanya Mo Yeon.

30 menit menggunakan helicopter, kawab Myeong Jud an ia menambahi kalau pasien tidak bisa menunggu lebih lama dari itu. Mo Yeon memutuskan untuk melakukan operasi di sana saja tapi di tempat yang lebih terang.

Myeong Ju tak setuju, ia tidak bisa mengoperasi pasien tanpa melakukan CT scan, jadi mereka tak tahu dimana letak pendarahannya.

“itulah alasan kita perlu melakukan laparotomy. Apa ad acara lain yang bisa kita lakukan?”

Myeong Ju masih keberatan, mau membuka perut pasien dengan lingkungan penuh debu semen yang jauh dari streril. Maka akan menyebabkan penyakit yang lainnya.

“Aku tanya apa ad acara lain yang bisa kita gunakan! Cepat putuskan, ini adalah pasienmu!” benatak Mo Yeon.

Myeong Ju pun tak punya pilihan lain, ia terpaksa melakukan operasi disana, lalu memerintahkan Min Ji untuk mengambilkannya betadine dan desinfectan serta peralatn operasi yang lain. min Ji pun segera bergerak.

Mo Yeon berkata kalau mereka harus memindahkan pasien, lalu ia memanggil Ye Hwa untuk membantu.

Gi Beom berkeliling membagikan walkie-talkie pada tim medis yang lain dan ketika ia akan memberikannya pada seorang suster ia malah tak sengaja menabrak kardus berisi obat-obatan sehingga semuanya jadi berantakan. Suster itu kesal dan menyuruh Gi Beom diam saja jika terluka (biar tak mengganggu yang lain). Gi Beom hanya bisa minta maaf.

Lalu Min Ji datang minta perlengkapan operasi dan betadine. Ia kaget melihat semuanya berantakan, ia bertanya, apa terjadi gempa lagi. Gi Beom menjelaskan kalau ia tak sengaja membuat kekacauan. Gi Beom berniat membatu tapi Min Ji mendorongnya menjauh. Lalu ia mengambil barang-barang yang diperlukan.

Gi Beom hanya bisa berdiri mematung di pojokan tenda.

Chi Hoon menangani pasein wanita yang kakinya terluka. Pasien itu menolak saat akan di suntuk padahal Chi Hoon sudah menjelaskan kalau itu hanya obat bius, Chi Hoon mengira kalau wanita itu takut jarum suntik. Bahkan wanita itu sampai menampik tangan Chi Hoon dan suntiknya jatuh.

Wanita itu menjelaskan sesuatu tapi ia gak paham apa. Lalu wanita itu mengeluarkan foto hasil USG. Chi Hoon akhirnya paham kalau wanita itu sedang hamil dan ingin melindungi bayinya dari obat-obatan yang berbahaya.

Akhirnya Chi Hoon tidak jadi membius dan langsung menarik kaki si wanita yang dislokasi setelah wanita itu setuju untuk Manahan sakit yang sangat sangat.

Wartawan datang, mereka mendatangi Gi Beom dan memintanya untuk menunjukkan lokasi bencana tapi Gi Beom gak paham Bahasa inggris, ia mengajak si wartawan ke ja Hae yang lagi membopong pasien, Ja Ae berkata kalau ia sibuk lalu meninggalkan mereka.

Lalu Dr. Sang Hyun datang. Gi Beom memintanya untuk meladeni si wartawan. Dr. Sang Hyun mengatakan dalam Bahasa inggris kalau Bahasa inggrisnya jelek jadi tak bisa banyak berkata-kata. Lalu walkie-talkie berbunyi dari medicube yang minta bantuan dokter untuk operasi, Dr. Sang Hyun langsung bergegas kesana.

Dr. Sang Hyun lalu masuk ke mobil si wartawan, ia berjanji akan melakukan wawancara jika wartawan mau membawanya ke medicube. Wartawan setuju.

GI Beom kagum dengan Dr. Sang Hyun. Kemudian ja Ae mendekat, ia menjelaskan kalau Dr. Sang Hyun memang pria tak berguna tapi dia adalah dokter yang hebat.

Lalu Gi Beom menjawan walkie-talkie yang membutuhkan bantuan darah AB.

Mo Yeon dan Myeong Ju melakukan operasi di lokasi bencana, Gi Beom di tes darahnya oleh Ye hwa dan benar darah Gi beom adalah AB maka ia langsung mendonorkan darahnya saat itu juga dibantu Ye Hwa.

Shi Jin datang menghampiri Mo Yeon, Mo Yeon mengira kalau Shi Jin terluka. Tapi bukan, ada orang lain yang terluka dan ia minta Mo Yeon untuk ikut dengannya, cepat karena darurat.

Mo Yeon mengenali manager Go, ia memberi manager Go suntikan penghilang rasa sakit. Mo Yeon bertanya, apa manager Go bisa merasakan kakinya. Manager Go mencoba menggerakkan kakinya tapi tidak bergerak.

“Tadi rasanya suakit tapi meliat wajah dokter semuanya hilang.” Canda Manager Go.

Mo Yeon membalas kalau ia senang mendengarnya.

Mo Yeon bertanya pada Shi Jin, sejak kapan kaki manager Go tertindih begitu. Shi Jin tak menjawab, ia mengatakan kalau Mo Yeon masih punya satu pasien lagi yang harus dilihat.

Mo Yeon memasang infus pada pasien yang tertusuk besi. Mo Yeon memintanya agar jangan bergerak, pasien itu masih beruntung karena besi yang  menuduknya tak mengenai hatinya dan jika pasien terus bergerak kemungkinan bisa melukai tulang belakang.

“Apa aku akan meninggal?”

“Jika kau mencoba diam saja, kau tak akan meninggal.” Jawab Mo Yeon.

Mo Yeon mengatakan pada Shi Jin kalau pasien itu harus segera dibawa ke ruang operasi dan besinya jangan dicabut, ia menunjuk batasbesi yang harus dipotong. Shi Jin mengajaknya bicara sebentar. Mo Yeon menyuruhnya langsung saja. Shi Jin hanya ingin mereka berdua yang bicara.

Mereke punya masalah, masalahnya adalah reruntuhan bangunan yang menimpa Manager Go berhubungan dengan besi yang menancap di tubuh pasien yang satunya. Jika reruntuhan diangkat duluan maka pasien yang satunya akan tertusuk lebih dalam, artinya besinya akan lebih menusuk ke depan. dan jika besinya dipotong duluan maka reruntuhan tambahan akan menimpa manager Go.

“Maksudmu adalah.. menyelamatnya satu dan membunuh yang lain?” tanya Mo Yeon.

“tidak ada cara lain.”

“Aku juga tidak punya pilihan lain.”

Shi Jin menjelaskan kalau dalam situasi seperti ini ia harus mengikuti aturan penyelamatan. Dokter yang menentukan siapa pasien yang peluang hidupnya lebih besar dan mereka akan menyelamatkan pasien tersebut.

“Kau memintaku untuk memutuskan? Siapa yang akan dibnuh dan siapa yang akan diselamatkan?”

“Iya. Itu yang harus… Kau lakukan.”

Mo Yeon bingung. Shi Jin mengatakan kalau mereka harus menyiapkan peralatan untuk menyelamatkan satu orang dan membutuhkan waktu 10 menit.

Mo Yeon bingung. Shi Jin mengatakan kalau mereka harus menyiapkan peralatan untuk menyelamatkan satu orang dan membutuhkan waktu 10 menit.

Shi Jin menjelaskan pada sersan Choi kalau Mo Yeon meminta waktu sebagai dokter dan memerintahkan pada sersan Choi untuk melanjutkan tugas mereka untuk menyiapkan peralatan. Sersan Choi pun bergerak.

Mr. Jin tiba-tiba muncul, ia masih tak percaya Shi Jin masih berdiri saja, bukankah mereka bilang kalau diantara 2 korban hanya memungkinkan untuk menyelamatkan salah satunya. Terus kenapa lama sekali. Lagi-lagi ia minta Shi Jin untuk masuk ke kantornya dan mengambil dokumen.

“Kita hanya mengikuti prosedur penyelamatan.” Jawab Shi Jin lalu pergi.

Mr. Jin menghalanginya. Mr. Jin menjelaskan kalau dokumen tersebut adalah kontrak antara pihak Korea dan Urk untuk pendirian tower tersebut jadi itu adalah asset negara.

“Kau ini tentara ka? Tidakkah Seharusnya mementingkan negaramu dulu? Kenapa kau sangat peduli pada nyawa dua orang pekerja manual?”

“Yaa! Negara? Apa sebenarnya negara itu? Negara kita menempatkan kehidupan dan keselamatan warganya di poin pertama. Itu artinya…  ketika Kunyuk sepertimu dalam bahaya, kita akan melakukan apapun untuk menyelamatkanmu. Bagi tentara, tidak ada yang lebih penting daripada menyelamatkan nyawa rakyat Korea. Jika kau butuh dokumenmu… ” berhenti sebenat untuk mengambil sekop, lalu memberikannya pada Mr. Jin,,”Pergi ambil sendiri.”

Mr. Jin membalasnya dengan tertawa, lalu membuang sekop pemberian Shi Jin. ia mengingatkan kalau Shi Jin sudah membuat kesalahan besar.

“Gomawo.. Pegi sana!” balas Shi Jin.

Lalu seseorang berteriak hati-hati.

Shi Jin melindungi Mr. Jin dari pipa dan reruntuhan bangunan yang jatuh tiba-tiba dari atas mereka. Jadi ia yang kena jatuhan pipa dan runtuhan bangunan tersebut.


Shi Jin  menengok kebawah, bertanya apa ada yang terluka. Salah satu tentara mengatakan kalau manager Go baik-baik saja. Tapi ada masalah lain, kabel listrik yang terbakar jadi kaya kembang api, Shi Jin menembak ke reruntuhan bangunan sehingga reruntuhan itu jatuh tepat ke kabel yang terbakar sehingga percikan apinya bisa terpadamkan.

Mr. Jin menutup telinganya kaget + ketakutan. Shi Jin meletakkan kembali pistolnya. Ia menanyakan keadaa Mr Jin. dengan gagap Mr. Jin mengatakan kalau ia baik-baik saja.

Shi Jin berjalan ke bawah dan darah berceceran dari dirinya mengenai Mr. Jin. Mr. Jin melihat kea rah Shi Jin yang ternyata bahunya terluka.

Mo Yeon  dibantu Ja Ae mengamati kondidi kaki manager Go yang tertindih reruntuhan bangunan dan sepertinya tak ada kabar baik. Mo Yeon menjelaskan kalau kaki Manager Go nanti pasti terasa sangat sakit saat reruntuhan yang menindih kakinya diangkat dan tak ada obat penghilang rasa sakit yang bisa menahannya.

“Dia mempunyai tiga anak. Satu cowok dan dua cewek.” Kata Manager Go.

“Apa?”


“Dia yang di sana (sambil melirik kea rah anak buahnya). Aku tidak tahu banyak, tapi kau tidak bisa menyelamatkan kami berdua, kan?”

Mo Yeon akan menangis. Manager Go tidak apa-apa, dia sudah 30 tahun bekerja di bagian konstruksi jadi ia bisa sedikit peka dari melihat situasi.

“kami akan berusaha sebaik mungkin.” Balas Mo Yeon.

Manager Go mengerti, ia tersenyum, ia merasa beruntung bisa terbaring disana dan bisa menatap ke langit biru.. ia sudah merasa uangnya cukup untuk menyekolahkan anaknya sampai ke perguruan tinggi. Mo Yeon mulai meneteskan airmata.


Pasien satu lagi minta penghilang rasa sakit lebih karena sakitnya sampai mau gila rasanya. Mo Yeon mendekatinya, tak ada lagi penahan rasa sakit karena nanti pasien iru butuh di anestesi untuk operasi. Mo Yeon menyueuh pasien untuk mengenggam tangannya sendiri,

Si pasien senang dan menggerak-gerakkan tangannya,,”Apa aku bisa hidup? Please, save me, please… aku tidak akan bergerak sedikitpun, aku janji.”

“Good” balas Mo Yeon.


Myeong Ju melanjutkan operasinya dibantu Min Ji dan satu suster lain. Gi Beom menyumbangkan darahnya langsung. Myeong Ju menyuruh Min Ji untuk menyediakan makanan bagi Gi Beom, jika pasiennya selamat.

"Apa dia bisa selamat?" tanya Gi Beom

"Bukannya kau sedang mencoba menyelamatkannya?" balas Myeong Ju.

"Aku yang menyelamatkannya? Prajurit Kim Gi Bum. Apa maksudmu, akulah yang bisa menyelamatkan dia? Apa aku bisa memberitahu ini pada Sersan Seo?"

"Tolong antri. Karena akulah yang akan duluan menemuinya."

Gi Beom pun diam.

Ye Hwa mengambil darah para wartawan. Wartawan yang satu protes, mereka datang ke Urk bukan untuk menyumbang darah. Ye hwa menjawab mereka yang terluka juga tidak datang ke Urk dengan tujuan agar terluka.

"Tapi, kau akan menepati janjimu, kan? " tanya si wartawan.

"Tentu saja! Sebagai janji darah, A) Kepala Rumah Sakit Haesung. B) Kepala Pusat Listrik Mohuru. C) Kepala Unit Taebaek. Kau ingin mewawancarai siapa?"

"D) Daniel Spencer" jawab semua wartawan bebarengan.

Ye Hwa menegaskan kalau Daniel taka da dalam daftar pilihan. Tapi bagi wartawan akan bagus jika mereka bisa mewawancarai orang yang berpengalaman dengan tempat bencana. Aku tahu, mereka pikir Daniel sangat terkenal dan cerdas, tapi  semuanya tentang penampilan. dan Karena itulah para wartawan menginginkan Daniel, Tak hanya bisa bicara, tapi dia juga tampan.

"Dasar reporter majalah menyebalkan!" dalam bahasa korea.

Dae Young masuk ke dalam bangunan, dia memimpin di depan, dia terus memperingatkan anak buahnya kalau kondisi bangunan tidak stabil jadi harus extra hati-hati. Dan tiba-tiba Dae Young menginjak lantai yang rapuh, ia tererosok jatuh ke lantai bawah.

Gi Beom mendengar dari walkie-talkie kalau dae Yeong menghilang, ia ingin ikut mencari dan meminta Myeong Ju untuk melepaskan perbannya.

"Prajurit Kim, duduklah!" Perintah Myeong Ju.

"Tapi.."

"Aku bilang, duduk! Apa kau mau membunuh pasien ini?"

Lalu Myeong Ju melanjutkan jahitannya. Dae Young melapor kalau ia baik-baik saja, lukanya tak parah karena ia jatuh dari jarak rendah, semuanya terdengar dari walkie-talkie Gi Beom.

Gi Beom memberitahu Myeong Ju kalau Dae Young baik-baik saja tapi Myeong Ju malah menyuruhnya diam karena itu mengganggunya.

Mo Yeon mencoba membersihkan tangannya dari darah tanpa air. Shi Jin mendekat, mengatakan kalau mereka sudah menyiapkan semuanya dan bertanya apa Mo Yeon sudah memutuskan?

Mo Yeon masih menunduk, ia menjelaskan kalau otot kaki manager Go mulai mengalamai nekrosis, saat beton diangkat, mungkin manager Go akan mengalami sindrom traumatis. Dan pekerja local satunya, besi memang mencegah pendarahannya, tapi jika besi dihilangkan akan terjadi pendarahan yang sangat parah.

Mo Yeon mengangkat kepalanya menghadap Shi Jin, dalam situasi seperti ini, ia ingin tahu siapa yang ingin Shi Jin selamatkan. Shi Jin kembali memberi kuasa itu pada Mo Yeon karena Mo Yeon yang sudah mendiagnosis jadi Mo Yeon bisa memutuskan dengan tepat.

"Tapi, kau lebih berpengalaman daripada aku. Mungkin, kau bisa membuat keputusan yang terbaik." Jelas Mo Yeon.

"Terbaik? Apa tindakan seperti ini yang kau bilang terbaik? Dalam gerakan penyelamatan, tak ada yang dikatakan dengan terbaik. Kita hanya perlu menyelesaikan masalah yang ada di depan kita."

Mo Yeon juga tahu itu, tapi... Sepanjang hari ini, ia menyelamtkan pasien tanpan protokol jelas. ia tak tahu, apakah tindakannya ini benar atau...

"Tindakanmu sudah benar. Dalam situasi seperti ini, kau hanya perlu melakukan apa yang kau bisa, ataukah hanya diam saja dan membiarkan mereka mati. Pilih salah satu. Tak ada waktu untuk merengek. Kami tak memintamu untuk membuat sebuah keajaiban. Kami tak mengharapkan dokter sempurna yang bisa menemukan anti virus, tapi, kami hanya mengharapk diagnosis dari seorang dokter. Jadi, tolong beritahu aku hasil diagnosismu sebagai seorang dokter."

"Urutan penyelamatannya..."

setelah itu kita melihat kalau pasien dengan besi tertancap dilarikan ke ruang operasi medicube.

Mo Yeon memberikan aba-aba, Dadanya tertancap besi, tapi ia tak yakin apakah tulang belakangnya juga terluka. Tapi, respon tubuhnya masih bagus. Sediakan antibiotik dan lakukan X-ray.

"Aku sudah tahu. Kau sudah memberitahuku tadi." balas Dr. Sang Hyun.

Dr. Sang Hyun akan mengoperasinya dan ia menyuruh Mo Yeon minum sedikit. Mo Yeon tidak mau, ia yang akan mengoperasinya. lalu bertanya, Portable x-ray sudah siap, 'kan?

"Film-nya sudah habis. Sterilisasi juga sudah rusak. Kita kekurangan banyak sekarang." jawab Dr. Sang Hyun.

"Kita harus tetap melakukannya dengan alat seadanya. Sunbae, kau harus menemaniku, aku tak bisa melakukannya sendiri."

Lalu mereka membawa pasien masuk ke ruang operasi.

Anestesi sudah selesai. Mo Yeon mengatakan kalau pasien tidak akan meninggalkarena mereka akan mengoperasinya dengan cepat dan akurat. Lalu dimulailah proses operasi.

Foto korban yang meninggal diambil satu persatu sebelum dimasukkan ke kantong jenazah. Termasuk foto manager Go.

Shi Jin membuka dompet manager Go, disana ada foto keluarganya. Shi Jin meletakkan dompet tersebut di dada manager Go dan  menahannya dengan tangan manager Go. Lalu kantong jenazah akan ditutup oleh tentara yang lain. Shi Jin memberi hormat pada manager Go.

Ye Hwa mengambil jam dinding yang terjatuh akibat gempa, jamnya mati. Daniel merebutnya lalu memperbaikinya, tak lama kemudian jamnya sudah bisa jalan lagi.

Pasien Myeong Ju pun berhasil melewati operasi dan tanda vitalnya bagus. Myung Ju menyampaikan kalau Gi Beum sudah bekerja dengan baik. Lalu Gi Beum menghormat padanya dan dibalasnya.

Ketua Park membawa pasukan baru ke lokasi bencana, ia mengatakan kalau Shi Jin dan tim-nya sudah bekerja keras, sekarang saatnya mereka untuk istirahat dan pekerjaan mereka akan digantikan oleh tentara yang baru datang.

Dan mereka pun kembali ke markas Mowuru naik truk.

Ayah Shi Jin menemui Ayah Myeong Ju. Ayah Myeong Ju menjelaskan kalau mereka (tim di Urk) sedang dalam tugas penyelamatan dan tim medis taka da yang terluka termasuk Myeong Ju.

Ayah Myeong Jut ahu kalau ayah Shi Jin pasti mengkhawatirkan puteranya makanya ia meminta ayah Shi Jin untuk datang. Tapi ayah Shi Jin tak khawatir karena mamang itulah tugas tentara.

"Aku malu mengatakan ini, tapi... aku bisa sedikit tenang karena Kapten Yoo bisa menjaga putriku. Aku sangat mengandalkan Kapten Yoo. Si Jin mampu mendapatkan 4 bintang, aku sangat mengharapkan hal itu."

"Aku tak yakin, apakah dia bisa."

"Dia adalah prajurit yang sangat mengagumkan. Banyak tentara yang mengidolakan dia, baik itu bawahan maupun atasannya."

"Si Jin sepertinya sangat beruntung."

Pindah  ke RS Haesung di Seuol. Ketua Han menyampaikan pada yang lain kalau tim medis di Urk tak ada yang terluka dan sekarang mereka sedang melakukan penyelamatan, jadi tak perlu ada yang dikhawatirkan.

Hee Eun langsung terduduk, ia lega dan bersyukur. Ibu mertuanya khawatir, tapi ia memastikan kalau ia baik-baik saja.

Ji Soo bertanya kapan tim medis akan kembali ke korea. Ketua Han menjawab kalau Pesawat akan dikirim setelah kondisi bandara kembali normal.

"Kapan? Apa kau bisa menelepon Chi Hoon? Aku harus mendengar suaranya agar aku bisa kembali tenang." perintah Ibu Chi Hoon.

Ketua Han menjelaskan kalau Panggilan pribadi masih belum bisa dilakukan. Panggilan hanya bisa dilakukan melalui telepon satelit. dan Sekarang, teleponnya..

"Yaa! Aku memiliki saham besar dalam satelit itu. Sambungkan aku, cepat!"

Ji Soo berjalan dengan Hee Eun. Mereka membahas soal ibu mertua Hee Eun yang memanggil Ketua Han dengan “Yaa!”. Hee Eun menjawab, Karena tanah rumah sakit memang milik keluarha Chi Hoon.

Ji Soo langsung menghentikan kursi rodanya, ia memegang tangan Hee Eun,,” Nyonya, aku tak pernah membuatmu marah, 'kan?”

Hee Eun hanya diam dengan muka penuh tanya, ia tak tahu apa maksudnya.

Chi Hoon merenung sendirian,,

"Aku yakin dia akan meninggal." Gumamnya.

Lalu ia memeluk kedua lututnya, menangis..

Dr. Sang Hyun menghampiri Chi Hoon, ia akan merokok. Chi Hoon bertanya apa pasiennya masih bertahan. Dr. Sang Hyun mengiyakan untuk saat ini. dr. Sang Hyun menerogoh sakunya mencari sesuatu tapi tak ketemu lalu ia menatap Chi Hoon.

“Aku tak punya korek.” Jawab Chi Hoon.

“Aku hanya mau bertanya, apa kau baik-baik saja?”

Dr. Sang Hyun melihat Chi Hoon yang masih memegang pita hitam.

“Aigoo.. Pertanyaan macam apa itu, ya?” tanya Dr. Sang Hyun.

Chi Hoon minta sebatang rokok. Tapi Dr. Sang Hyun melarangnya merokok karena dokter tak boleh merokok. Lalu Dr, Sang Hyun menyenggol lengan Chi Hoon. Chi Hoon membalasnya dengan senyum.

Mr. Jin datang ke medicube, ia minta bertemu dokter. Min Ji sudah mencoba menghalanginya tapi Mr. Jin tetap memaksa masuk, padahal Medicube sedang sibuk bangets. Akhirnya Mr. Jin melihat Ja Ae, ia tahu pasti Ja Ae mengenalnya.

Mr. Jin mengatakan kalau ia berdiri sepanjang hari jadi guadarahnya menurun, lalu ia berbaring minta disuntik glukosa atau vitamin, ia juga minta dibawakan bawang putih.

Min Ji menjelaskan pada Ja Ae kalau ia sudah melarang Mr. Jin tai gak mempan. Ja Ae mengerti dan menyuruh Min Ji untuk kembali bekerja. Ja Ae berhubungan dengan walkie-talkienya.

"Ini, aku dari bangsal. Ada pasien yang sedang sekarang membutuhkan vitamin. Jika ada dokter yang sedang tidak ada kerjaan sekarang, tolong ke sini dan obati pasien ini, over."

"Benarkah? Bagaimana kondisi pasien itu?" Jawab Dr. Sang Hyun dari seberang.

"Sepertinya, dia membutuhkan pengobatan pada mata. Mungkin dia mau buta, karena dia tak bisa melihat keadaan gawat pasien lainnya, dan dia terus merengsek sedang sekarat. Mulutnya sangat sehat.

"Dia hanya pasien RSJ. Over."

Mr. Jin bangun, ia berdiri lalu merebut walkie-talkie Ja Ae lalu melemparnya ke ranjang yang ia gunakan untuk berbaring tadi. ia bertanya dengan Bahasa informal, siapa nama Ja Ae.

“Ha Ja Ae. Dan kau, siapa namamu tadi?” balas Ja Ae juga dengan Bahasa informal.

Mr. Jin tak terima Ja Ae bicara informal padanya. Ja Ae menjawab kalau ia pikir Mr. Jin mau berteman karena Mr. Jin duluan yang bicara informal padanya. Lalu Ja Ae menanyakan berapa umur Mr. Jin, karena mereka sudah tahu nama masing-masing.

"Yang benar saja. Kau! Tunggu dan lihat saja.”

"Ya, ya, ya. Aku akan menunggunya." jawab Ja Ae kembali menggunakan Bahasa formal.

lalu ia pergi mengajak Min Ji untuk bekerja karena alat strerelisasinya rusak.

Dae Young dan Shi Jin keluar dari gudang penyumpan makanan dan ternyata makanan mereka tinggal sedikit, mereka bingung bagaimana memberi makan semuanya sekarang.

Kemudian si sexy dari restaurant datang membawa makanan untuk 100 orang.

“Sempurna. Kau memang yang terbaik.” Puji Dae Young.

Shi Jin membangatakan akan membeli menuman si sexy untuk 100 orang sebagai balasannya dan tentu saja dae Young yang mentraktir karena gajinya dipotong. Dae Young hanya bisa memelototinya.

Para tentara pun menikmati makanan pemberian si sexy.

"Kalian sudah berusaha keras dan tak tidur selama 2 hari. Kami sudah menghubungi orang tua kalian, jadi jangan khawatir. Saat, jaringan kembali normal, kita akan melakukan video-call, jadi bersabarlah sedikit."

"Ya, kami mengerti." jawab semuanya.

Shi Jin manmbahi kalau mereka akan tetap melakukan gerakan penyelamatan besok. Dan gerakan itu akan sangat sulit, jadi, setelah selesai makan, langsung bisa pergi tidur. tak perlu memikirkan apapun saat ini, dan tidurlah saja.  hanya perlu mengikuti perintah. Karena ia akan selalu siap memberikan  perintah kapanpun.

mereka semua mengerti.

Dae Young mencuci mukanya, ia memijit tangannya yang sakit akibat jatuh tadi. Myeong Ju muncul tiba-tiba mengambil handuk di leher Dae Young untuk membantunya mengelap muka.

"Kau datang ke sini. Apakah karena atas keinginan sendiri ataukah perintah ayahku?" tanya Myeong Ju.

"Tanggung jawabku adalah bekerja di tempat yang paling berbahaya.

Myeong Ju tak tahu kenapa Dae Young bisa memutuskan untuk datang. Tapi, yang perlu Dae Young tahu, ia tak suka sikap Dae Young  ini.

"Telepon dia (Ayah Myeong Ju). Dia pasti sangat khawatir." pinta Dae Young.

"Bagaimana denganmu? Bagaimana jika kau terluka?"

"Maaf... karena aku selalu menghindarimu."

"Lalu, kenapa kau tak menggenggam tanganku?"

tapi bukan genggaman yang ia dapat, melainkan pelukan hangat dari Dae Young.

Ja Ae sedang merebus peralatan operasi karena alat sterilnya rusak. Dr. Sang Hyun datang untuk menggantikannya. Ia bertanya, apa Ja Ae gak ketakutan?

"Sudah kubilang, 'kan? Kita harusnya lari saat hari pertama sampai di sini. Aku bisa menggunakan anak dan juga istriku sebagai alasan." lanjut Dr. Sang Hyun.

"Kau bisa saja kabur. Kenapa aku bertahan di sini?"

"Bagaimana denganmu?"

Lalu Dr. Sang Hyun minta Ja Ae mengulagi angka 1030. itu adalah password notebooknya. Jika ia mati di sini, ia ingin Ja Ae membuka drive C di notebook-nya Dan cari dokumen rumah sakit, dan cari lagi folder zip. kemdian hapus folder itu. ia minta meminta bantuan Ja Ae sebagai teman.

Ja Ae tanya, folder apa itu.. tapi kemudian ia ingat dan menyuruh Dr. Sang Hyun untuk segera menghapusnya. Dr. Sang Hyun tak bisa sebelum ia mati.

Mereka selesai. Dr. Sang Hyun mematikan apinya dan berjalan masuk. Ja Ae memukulinya sambil jalan menyuruhnya untuk segera menghapus folder tersebut.

"Kau ini! Dasar jorok! Jorok!" kata Ja Ae.

Mo Yeon melakukan cek pada pasien. Pertama pasien besi yang baru saja dioperasi. Dr Sang Hyun menjelaskan kalau pasiennya belum sadar, mungkin mereka bisa mengetahui hasilnya besok.

Kedua, pasien yang hampir meninggal di depan pembangkit listrik. Dokter yang merawatnya mengatakan kalau pasien itu sudah sadar. Mo Yeon mengeceknya kemudian mengganti pita merah menjadi hijau karena keadaan si pasien sudah semakin membaik.

Ketiga, pasiennya Chi Hoon, seorang ibu hamil. Chi Hoon menjelaskan kalau ibu itu mengalami fraktur tibialis dank arena dia sedang hamil maka Chi Hoon mengobatinya tanpa anestesi, tapi walaupun sakit si ibu bisa menahannya.

Mo Yeon memeriksa kondisi bayi dan berkata kalau bayinya sangat kuat. Tapi perhatian Mo Yeon tertuju pada ponsel Chi Hoon yang diletakkan disebelah ubu tadi.

"Itu adalah musik klasik kesukaanku. Aku khawatir jika bayinya takut." jelasChi Hoon.

"Kau sudah menjadi dokter dan juga ayah sesungguhnya sekarang."

Semua juga kagum dengan Chi Hoon.

Mo Yeon melihat pasien yang meminjamkan sepatu padanya. Mo Yeon mendekatinya dan mengembalikan sepatu itu.

"Aku sudah memakainya. Terima kasih."

pasien membalasnya dengan senyum.

Mo Yeon menyalakan lilin sebagai penghormatan untuk korban yang meninggal.  Total korban yang meninggal adalah 18 orang dan yang terluka 41 orang.

Lalu Mo Yeon menujuke arah pembangkit listrik yang runtuh. Shi Jin muncul dibelakangnya.

Mo Yeon membayangkan semua pasiennya sebelum kejadian, pasien yang tertusuk besi serta yang meminjaminya sepatu bertugas untuk mengangkat semen.

Kemudian si Ibu hamil datang untuk mengirim makanan pada suaminya.

Dan yang terakhir dilihatnya adalah manager Go yang sedang menghukum priamuda yang kerjaannya Cuma tidur.

“Dokter. Kau sudah bekerja keras.” Ucap manager Go lalu menyunggingkan senyum untuk Mo Yeon.

Mo Yeon menangis tersedu. Shi jin menatapnya dari belakang.

Kemudian seoarng tentara menghampiri Shi Jin. ia bertanya apa yang Shi Jin butuhkan. Shi Jin menjawab kalau ia hanya lihat-lihat saja.

Tentara itu melihat bahu Shi Jin berdarah. Shi Jin meminta bantuannya untuk memeriksa bahunya.

"Anda bisa menahan sakitnya? Sepertinya harus dijahit." ujar si tentara.

"Pantas saja, bahuku sangat sakit."

Tentara akan memanggilkan tim medis tapi Shi Jin melarangnya karena ia akan pergi sendiri.

Kemudian Mo Yeon datang, ia minta Shi Jin mengikutinya.

Mo Yeon mulai menjahit luka Shi Jin. ia bertanya, bagaimana Shi Jin bisa terluka. Shi Jin menjawab ia terluka saat penyelamatan reruntuhan tadi. Mo Yeon tersenyum.

“Aku baik-baik saja.” Ujar Mo Yeon.

“Kau mendengarnya? Aku bertanya sangat pelan tadi.”

“Ya. "Pelan" yang "keras".”

Padahal Shi Jin tadi gak nanya apa-apa.

Shi Jin senang Mo Yeon bisa ada di sana. Ia berterimakasih pada Mo Yeon yang mau berjuang di sana bersamanya.

"Aku juga, terima kasih, Kapten." balas Mo Yeon.

Shi Jin tak berniat jahat pada Mo Yeon tadi. Mo Yeon tahu hal itu. SHi Jin penasaran, kok Mo Yeon tahu

"Menurutmu sudah berapa tahun aku menjadi dokter? Seseorang yang melihat lebih banyak kematian dari seorang tentara adalah seorang dokter yang memegang pisau." jelas Mo Yeon

Jika kata-katanya tadi tidak berguna, Shi Jin menyuruh Mo Yeon untuk melupakannya saja. Tapi... ia sungguh tak ingin Mo Yeon terluka. Itulah yang ia rasakan.

"Kalau begitu, tak perlu menyemangatiku lagi, dan kau bisa melakukan keahlianmu saja, Kapten."

"Keahilianku? Apa maksudmu?"

"Melawak. Karena sepertinya, aku membutuhkan lawakanmu sekarang ini."

Shi Jin berkata kalau Mo Yeon sangat cantik sekarang. Mo Yeon membalas kalau Shi Jin tak sedang melihatnya sekarang. Shi Jin sudah melihat Mo Yeon tadi, Mo Yeon  selalu saja cantik.

"Matamu itu bagus sekali." balas Mo Yeon.

"Aku hanya bercanda."

Mo Yeon tersenyum. ia sudah selesai menjahit luka Shi Jin.

"Aku sangat merindukanmu."

Mo Yeon membeku,

Shi Jin melanjutkan,, "Apapun yang aku lakukan, aku selalu saja memikirkanmu. Aku memaksa diriku, aku berusaha keras. Aku minum dan mencoba semuanyanya. Tapi, percuma karena aku masih merindukanmu. Apa kau tak menyangka aku akan mengatakan ini? Kalau begitu, dengarkan aku. Karena aku sedang tidak bercanda sekarang."

Ikuti update Juragan Sinopsis setiap hari lewat Twitter di @Rujakdulit

DMCA.com Protection Status

loading...

Descendants Of The Sun Episode 7 | ⚡ Share & like anda akan berharga untuk masa depan Juragan Synopsis, So, tunggu apa lagi? segera beritahu teman dan kerabat anda tentang Descendants Of The Sun Episode 7

Sinopsis Sebelumnya
« Sinopsis Sebelumnya
Sinopsis Selanjutnya
Sinopsis Selanjutnya »

🔎Cari Sinopsis Film