Sinopsis Descendants of The Sun (DTS) Episode 3 bagian 1 - Setibanya Mo Yeon bersama tim relawan lainnya di Bandara Internasional Uruk, beberapa saat kemudian sebuah pesawat helikopter mendarat. Beberapa tentara keluar, dan Mo Yeon melihat Shi Jin ada diantara mereka. Melihat Shi Jin, Choi Min-Ji (diperankan oleh Park Hwan-Hee) menghampiri kepala perawat Ha Ja-Ae. Min Ji,”Bukannya dia prajurit yang kita lihat beberapa waktu lalu ?”. Ja Ae,”Saya pikir gitu”. Shi Jin memperkenalkan dirinya sebagai komandan pasukan keamanan yang menjaga tim relawan selama mereka berada di Uruk.
Shi Jin,”Dan saya adalah komandan, Kapten Shi Jin”. Lalu semua anggota tim relawan medis menyapa Kapten Shi Jin serta anggota pasukan keamanan lainnya. Kemudian ajudan Dae Young angkat bicara menjelaskan semua tim medis akan berangkat dari bandara Mohr menuju ke tempat tujuan lewat helikopter tipe 47. Dae Young,”Selama proses perjalanan, kalian dibatasi oleh satu tas ransel militer yang diberikan pada kalian untuk membawa barang2 pribadi kalian”. Ajudan Dae Young memberitahukan keberangkatan tim dimulai 10 kemudian tepat jamnya 13:25 (waktu Uruk).
Sekilas kapten Shi Jin mengambil syal milik Mo Yeon, dan memandangi Mo Yeon. Kapten Shi Jin menghampiri Mo Yeon lalu memberikan syal milik Mo Yeon itu kepadanya. Mo Yeon pun mengambil syalnya, sedangkan kapten Shi Jin menatap tajam Mo Yeon. Kemudian ketua tim relawan Mo Yeon bersama rombongan berjalan menyusuri jalanan Uruk, ditemani oleh beberapa anggota keamanan. Saat melewati sebuah gedung, anggota pasukan keamanan beryanyi di depan para relawan tim untuk menyambut mereka.
Masing2 anggota tim relawan hanya boleh mengenakan tas ransel militer yang sudah diberikan sebelumnya, dan tak boleh membawa tas lain. Pasukan lainnya memberikan Mo Yeon serta tim relawan lain kalung bunga untuk menyambut mereka semua yang baru tiba di Uruk. Sang Hyun,”Saya terlihat sungguh natural kan ?”. Chi Hoon,”Yah tentu..”. Chi Hoon melihat lokasi ini adalah kamp tempat mereka tinggal sekarang. Sang Hyun tak menyangkan di usianya yang ke 40 menjadi tim relawan. Sebaliknya Chi Hoon merasa senang menjadi tim relawan karena merasa seperti sedang karyawisata. Untuk menghibur diri mereka sendiri, keduanya pun berdansa.
Semua tim relawan pun tinggal di kamp tenda khusus tim medis. Mo Yeon serta Min Ji menghampiri tenda mereka dan merapikan barang2 mereka masing2. Min Jin agak mengeluh dengan barang2 bawannya yang cukup sedikit dibawanya. Salah seorang prajurit masuk ke tenda Mo Yeon serta Min. Prajurit,”Apakah kalian baik saja ? Kalian enggak ingat aku ?”. Prajurit itu berlagak di depan Mo Yeon seperti lari. Akhirnya Mo Yeon ingat prajurit itu adalah mantan pasiennya yang pernah ingin lari dari RS Haesung. Nama prajurit itu adalah Kim Gi-Bum (diperankan oleh Kim Min-Suk). Mo Yeon,”Yang lari dari RS ? Oh yea pencuri itu ?”.
Mo Yeon serta Min Ji tak menyangka Gi Bum menjadi prajurit di tempat tugas mereka. Gi Bum memperkenalkan dirinya yang kini menjadi prajurit tamtama. Mo Yeon menanyakan keadaan ankle Gi Bum apakah sudah baik. Lalu Gi Bum melompat2 untuk memperlihatkan keadaanya yang sudah sehat. Gi Bum berterima kasih atas pertolongan pertama Mo Yeon serta Min Ji di RS Haesung. Gi Bum,”Saya menerima kelas pelayanan pertama setelah saya melalui ujian fisik”. Min Ji ingin tahu apakah Gi Bum bukan lagi seorang pencopet.
Lalu Gi Bum memperkenalkan dirinya sebagai prajurit tamtama dari Republik Korea Selatan, yang rela memberikan kesetiaan kepada negara dan tim batalyonnya. Mo Yeon dan perawat Min Ji kagum mendengarnya. Sementara itu, Ja Ae dan Sang Hyun bersama dalam satu tenda. Sang Hyun agak mengeluh dengan bergoyang2 diatas matras tempat tidurnya. Ja Ae meminta Sang Hyun menghentikan tindakannya itu. Sang Hyun menyuruh Ja Ae berhenti mengepak barangnya. Ja Ae jengkel menyuruh Sang Hyun keluar dari tendanya. Sang Hyun,”Hey, tidakkah kamu dengar apa yang kang Mo Yeon bicarakan di telepon dengan Kepala sebelumnya ?”.
Sang Hyun menjelaskan kegiatan relawan ini seperti layaknya hukuman. Ja Ae jengkel mendengarnya, Jae Ae merasa dirinya yang sudah dihukum karena sudah mengenal Sang Hyun selama hampir 30 tahun lamanya. Sang Hyun jengkel mendengarnya perkataan Jae Ae itu. Sang Hyun jengkel mengenal dirinya layaknya hukuman bagi Jae Ae. Sang Hyun bertingkah di depan Ja Ae dengan melompat2 di matraks, Ja Ae,”Kekanak2-an!”.
Di luar markas tim relawan, dan prajurit Chi Hoon memotret sepatu militer pasukan dengan kameranya. Choi Woo-Geun (diperankan oleh Park Hoon) menyuruh Chi Hoon menghentikan tindakannya itu. Woo Geun mengambil kamera Chi Hoon dan memeriksanya. Woo Geun menyuruh Chi Hoon menghapus foto2 yang diambil oleh kamera Chi Hoon. Namun Chi Hoon tetap ingin mengambil foto Woo Geun, Woo Geun menegaskan Chi Hoon dilarang untuk mengambil foto dikerenakan adanya aturan2 militer yang tak bisa dijelaskan.
Tak lama Mo Yeon muncul, Mo Yeon menyindir sikap prajurit yang memiliki banyak rahasia yang tak bisa diberitahukan karena alasan adanya aturan2. Kemudian Woo Geun pergi, Chi Hoon,”Bagaimana kamu tahu itu sunbae ?”. Saat berjalan di sekitar kamp, Mo Yeon melihat kapten Shi Jin membawa sekotak kiriman. Melihat Mo Yeon, kapten Shi Jin hanya bersikap cuek dan membawa kotak kiriman itu kedalam gedung. Mo Yeon,”Apa dia sungguh tak liat aku, atau pura2 tidak melihat ?”.
Di dalam gedung, kapten Shi Jin memandang wajah Mo Yeon dari balik tembok. Kemudian kapten Shi Jin memberikan kotak yang dibawanya kepada Dae Young. Kapten Shi Jin menyuruh ajudannya Dae Young membuka kotak itu, namun dia tak ingin. Dae Young,”Saya bisa melakukannya nanti, pak!”. Shi Jin,”Enggak2. Kita tak bisa menunggu. Gimana klow ada Choco Pie disana ?”. Dae Yooung,”Nampaknya itu hanya seperti bomb teroris”.
Shi Jin jengkel menegaskan lelaki hanya meninggal sekali bukannya dua kali. Shi Jin,”Kamu seharusnya membukanya”. Kemudian Dae Young membuka kotak kiriman itu dan dia melihat ada ginseng merah, yang mungkin buat sersan Moon. Selain itu ada dawai gitar buat sersan Choi, juga DVD drama buat sersan Gong. Tak lama perhatian Dae Young tertuju pada sebuah surat. Dae Young mengambil surat itu dan membacanya, Shi Jin mengira tak ada kiriman buat ajudannya Dae Young. Dae Young,”hadiahku ada sekarang. Saya pikir dia disebar disini”. Shi Jin,”Dia datang kesini ?”.
Sebaliknya letnan Myeong-Joo melapor ke letjen Yoon di markas pusat. Myeong Joo melaporkan dirinya pada tanggal 21 Mei 2015 sudah ditugaskan untuk dikirim bergabung dalam kesatuan medis di kesatuan Mohuru Taebaek di Uruk. Myeong Joon pun memberikan salam militer kepada jenderalnya. Myeong Joon berjanji akan kembali dengan selamat ke markas setelah menjalankan tugas negara itu.
Letjen Yoon lalu berujar dia begitu suka dengan kapten Shi Jin, yang kedepannya layak untuk menjadi seorang jenderal. Letjen Yoon juga ingin Shi Jin bisa menjadi menantunya. Ternyata letnan Myeong Joon adalah anak dari letjen Yoon, tapi Letjen Yoon tidak suka bila Myeon Joon berhubungan dengan ajudan Dae Young. Letjen Yoon,”Seo Dae Young tersisa sebagai prajurit karena dia tahu sentimenku”.
Bagi Myeong Joon, Dae Young adalah seorang prajurit yang sesungguhnya, dan itulah alasan mengapa Myeong Joon suka pada Dae Young, dan tak bisa kehilangan Dae Young. Letnan Myeong Joon mengancam jika Letjen Yoon tidak mengijinkan untuk mengirimnya ke lokasi tugas Dae Young, maka Letjen Yoon akan kehilangan seorang letnan dan anaknya sendiri. Myeong Joon,”Itu semua laporanku”. Kemudian Mo Yeon menelpon temannya Ji Soo. Mereka membahas Myeon Joon dan Dae Young yang nampaknya berpacaran. Mo Yeon melihat Myeon Joon juga akan ditugaskan di markas Uruk.
Lalu ji Soo membahas tentang takdir Mo Yeon bertemu Shi Jin, Ji Soo,”Apa kamu bahagia melihatnya lagi ?”. Namun Mo Yeon malah merasa tak nyaman setelah bertemu dengan Shi Jin. Tak lama telepon Mo Yeon dengan Ji Soo terputus karena jaringan. Kemudian Mo Yeon memandangi penduduk pribumi Uruk sembari tersenyum. Mo Yeon memotret mereka. Tak lama Mo Yeon melihat seorang anak pribumi Uruk memakan sesuatu, Mo Yeon melarang anak itu memakannya.
Namun tanpa sadar Mo Yeon malah sudah melewati batas area yang ditetapkan buat tim relawan dan pasukan keamanan Korea Selatan selama bertugas di Uruk. Mo Yeon memberikan kedua anak pribumi itu cokelat. Lalu anak2 yang lain meminta makanan ke Mo Yeon. Kemudian Shi Jin memanggil Mo Yeon, Shi Jin,”Kamu tidak seharusnya tidak memberikannya jika kamu tidak bisa memberikannya kepada semua orang”. Shi Jin menghampiri Mo Yeon.
Shi Jin marah dengan Mo Yeon yang sudah melewati batas area. Shi Jin berbicara dalam bahasa Uruk kepada anak2 itu dan meminta anak pergi ke unit pelatihan tempat sersan Choi. Lalu anak2 itu pergi. Mo Yeon ingin tahu apa yang dikatakan oleh Shi Jin. Shin mengaku menyuruh anak2 itu pergi, bila tidak dia akan menembak. Mo Yeon tahu Shi Jin berbohong. Mo Yeon kesal dan hendak pergi, tak lama Mo Yeon merasa menginjak sesuatu.
Shi Jin,”Jangan bergerak..”. Shi Jin menjelaskan Mo Yeon sekarang sedang menginjak sebuah ranjau. Mo Yeon kaget saat tahu menginjak ranjau. Mo Yeon cemas, Shi Jin meminta Mo Yeon jangan bergerak. Mo Yeon,”Sungguh ? Apa saya sungguh menginja ranjau ?”. Mo Yeon takut dia akan meninggal. Shi Jin menakuti2 Mo Yeon selama berada di akmil dan bertugas selama 15 tahun sebagai tentara, Shi Jin tak pernah melihat orang yang menginjak ranjau hidup. Mo Yeon,”Gimana kamu bilang gitu ? Apa kata2 itu yang diucapkan oleh tentara ?”.
Mo Yeon menyinggung film yang dinontonnya, biasanya orang menggunakan pisau Mcgyver untuk menjinakkan ranjau itu. Mo Yeon marah dengan sikap main2 Shi Jin, dan mengutuk Shi Jin. Mo Yeon berkata seperti itu karena dia takut akan meninggal. Akhirnya Shi Jin meminta Mo Yeon mengangkat kakinya, dan menaruh kakinya di atas kaki Shi Jin. Shi Jin,”Ini akan meledak. Saya akan melangkahinya dan menggantikanmu meninggal dunia”.
Mo Yeon semakin gelisah dengan omong kosong Shi Jin. Mo Yeon meminta Shi Jin mencari bala bantuan. Karena dorongan Mo Yeon ke Shi Jin, keduanya malah terjatuh ke tanah bersama. Shi jin senang Mo Yeon jatuh kedalam pelukannya. Mo Yeon heran ranjau malah tak meledak. Mo Yeon,”Apa ini apa ini kebohongan ?”. Mo Yeon marah dengan sikap Shi Jin yang berbohong padanya. Mo Yeon,”Lupakan. Jangan bicara padaku. Bahkan jangan ikuti aku”.
Di dalam kamp penginapan tim relawan dan pasukan keamanan Korsel, mereka berpesta sejenak memanggang daging. Chi Hoon meminta sunbae Mo Yeon makan bersama tim relawan medis lain. Namun Mo Yeon pergi dengan marah, Dae Young,”Apa sesuatu terjadi ?”. Shi Jin,”Saya buat dia menangis”. Shi Jin menghampiri Mo Yeon dan meminta maaf sudah berbohong tentang ranjau itu.
Tapi Mo Yeon terus berjalan dan tak mengindahkan permintaan maaf Shi Jin. Shi Jin mengaku bercanda terlalu jauh karena sudah jenuh menghabiskan waktu dengan prajurit2 lainnya. Shi Jin,”Saya sungguh minta maaf”. Mo Yeon,”Saya ngerti..”. Mo Yeon langsung berjalan bersikap cuek dengan Shi Jin. Namun Shi Jin langsung memberikan salam hormat militer di hadapan Mo Yeon. Tindakan kapten Shi Jin itu juga diikuti oleh ajudan serta prajurit2 lainnya, mereka semua memberikan salam hormat ala militer.
Mo Yeon heran dengan tindakan Shi Jin itu. Akhirnya Shi Jin membalikkan tubuh Mo Yeon dan Mo Yeon melihat ada bendera Republik Korea Selatan, yang dikibarkan pada sebuah tiang. Melihat bendera negaranya, Mo Yeon sebagai warga sipil menaruh tangannya di dada untuk memberikan juga penghormatan kepada negaranya. Shi Jin,”Senang ketemu sama kamu lagi”.
Mo Yeon dan Shi Jin menatap bendera negara mereka Korea Selatan dengan haru. Di kamp pasukan keamanan Korsel, kapten Shi Jin menghitung anggota prajurit tamtamannya. Sementara prajurit lain membantu tim medis di tenda mereka dalam memasang kelambu buat tidur. Mo Yeon di dalam kelambunya sedang tidur, namun memikirkan sesuatu. Di luar kamp, pasukan lain tetap mawas untuk menjaga keamanan.
Keesokan harinya, Min Ji dan Mo Yeon melihat anggota prajurit tamtama Korsel lain yang sedang berlari mars pagi sambil bernyanyi. Min Ji,”Mereka mungkin melakukan ini setiap pagi kan ?”. Para prajurit Korsel itu berlari mars sambil bernyanyi dengan tubuh kekar mereka. Melihat tubuh prajurit Korsel itu Mo Yeon senang melihatnya. Tiba2 Shi Jin muncul, namun Mo Yeon meminta Shi Jin untuk minggir sedikit. Saat para prajurit lewat, kapten Shi Jin meminta prajurit2 tamtamanya untuk berhenti melakukan mars mereka.
Kapten Shi Jin bingung dengan jadwal tim medis diantara pagi dan sore hari. Mo Yeon mengabaikan Shi Jin ingin memandang tubuh kekar prajurit Korsel, namun Shi Jin menghalangi lagi pandangan Mo Yeon, dan itu membuat Mo Yeon kesal. Kemudian tim medis dari RS Haesung mendantangi kamp mereka dan mempersiapkan obat2-an dan peralatan medis lain, guna memeriksa kesehatan para prajurit. Saat Mo Yeon dan Min Ji datang, semua prajurit tamtama Korsel langsung ingin diperiksa oleh Mo Yeon bukannya Sang Hyun.
Para prajurit Korsel itu buru2 ingin diperiksa oleh dokter cantik Mo Yeon. Prajurit,”Saya selalu sakit disini, Dokter”. Tak lama kapten Shi Jin muncul dan menyapa prajuritnya. Saat hendak pergi, Mo Yeon memanggil Shi Jin dan ingin memeriksa Shi Jin. Lalu Mo Yeon hendak menyuntik Shi Jin, namun Mo Yeon tak bisa menemukan nadi Shi Jin. Shi Jin merasa kesakitan, saat Mo Yeon mencari nadi Shi Jin. Shi Jin,”Jika kamu masih marah dari candaan kemarin..”. Mo Yeon,”Saya tidak menyimpan dendam karena hal2 seperti itu”.
Karena terlalu lama, Shi Jin memegang tangan Mo Yeon untuk menyuntik. Sontak Mo Yeon terkaget suntik yang dipegangnya langsung masuk ke urat nadi Shi Jin. Tak lama seorang petugas lain datang dan berterima kasih atas bantuan dari Shi Jin. Shi Jin,”Itu enggak ada apa2nya. Kita seharusnya makan daging bersama minggu ini”. Tak lama semua orang mendengar adanya bunyi klakson. Lalu Shi Jin menghubungi prajuritnya yang lain, Shi Jin,”Ini Komandanmu, laporkan situasi”. Anak buh Shi Jin melaporkan sepertinya ada kecelakaan mobil di dekat jalanan menuju gunung. Akhirnya Shi Jin ditemani Dae Young, serta prajurit Korsel lain datang ke lokasi TKP, dengan mobil perang. Mereka melihat sebuah mobil terbalik.
Shi Jin,”Kecelakaannya sepertinya disebabkan oleh sebuah objek yang membayakan”. Kapten Shi Jin, ajudan Dae Young hendak memeriksa mobil PBB yang terbalik itu, apakah ada korban yang selamat. Dae Young memeriksa supir, dan ternyata supirnya sudah tak bernyawa. Kemudian Dae Young dan temannya mendapati seorang penumpang yang hidup. Penumpang,”Polisi! Angkat tangan!. Jangan tembak2 Saya dari PBB”. Akhirnya Dae Young dan temannya tak jadi menembak penumpang itu.
Dae Young dan Shi Jin memeriksa bagian lain di mobil itu. Disisi lain, penumpang itu malah berniat jahat dan mengambil senjata di mobilnya. Penumpang itu mengarahkan pistolnya ke arah Shi Jin, namun Shi Jin langsung memukul orang itu. Prajurit lain mengarahkan senjatanya ke orang itu, Prajurit,”Bukanya dia anggota PBB ?”. Shi Jin,”Bahkan jika tim keamanan PBB tidak diijikankan membawa senjata. Namun dia membawa sebuah senjata”.
Shin Jin menebak orang yang tadi menembak itu bukanlah dari PBB, karena memiliki ciri tattoo dari pasukan luar negeri. Selain itu, baju yang mereka kenakan cukup berbeda dari anggota PBB. Shi Jin memprediksi orang2 ini berpura2 menjadi anggota PBB. Ternyata di dalam mobil itu ada banyak senjata yang disembunyikan dibalik kardus. Shi Jin menelpon kepolisian setempat. Komandan polisi Uruk berterima kasih atas bantuan yang diberikan oleh Shi Jin.
Ikuti update Juragan Sinopsis setiap hari lewat Twitter di @Rujakdulit